Review Kuartal

Terseok-Seok, Tak Disangka Rupiah Bisa Bangkit ke Bawah 15000

mae, CNBC Indonesia
01 April 2023 10:30
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Perjalanan rupiah menuju ke bawah level Rp 15.000 bukanlah hal yang mudah. Rupiah sebenarnya mengawali tahun ini dengan kinerja luar biasa. Mata uang Garuda terus terpuruk sejak September 2022 hingga akhir tahun 2022.

Rupiah berada di posisi Rp 15.570/US$1 pada awal 2023 dan selanjutnya terus menguat.

Pada pekan kedua Januari 2023 (9-13 Januari), rupiah menguat 3,24% dalam sepekan dan mengakhiri perdagangan di posisi Rp 15.140/US$.

Pada pekan tersebut, rupiah juga mengakhiri perdagangan dengan penguatan1,295% sehari.

Penguatan sebesar itu menjadi yang tertinggi sejak 5 Juni 2020 atau 3,5 tahun terakhir. Pada tanggal tersebut, rupiah menguat sebesar 1,52% sehari.

Rupiah menguat setelah Chairman The Fed Jerome Powell menyatakan ada tanda-tanda pelemahan inflasi AS.  Ekspektasi jika The Fed akan melunak pun membuat dolar terpuruk dan rupiah perkasa.

Rupiah terus menguat dan menembus level di bawah Rp 15.000 pada 24 Januari hingga 3 Februari 2023.

Sepanjang Januari 2023, rupiah melonjak 3,9%. Setelahnya rupiah malah terpuruk.

Pada pekan kedua dan ketiga Februari, mata uang Garuda ambruk 1,59% dan 0,46% dalam sepekan.

Rupiah ambruk karena pelaku pasar mengkhawatirkan The Fed akan melanjutkan kebijakan hawkishnya. Kekhawatiran ini muncul setelah data inflasi AS bergerak di atas ekspektasi pasar.

Inflasi AS, misalnya, mencapai 6,4% (year on year/yoy) pada Januari 2023. Inflasi jauh di atas ekspektasi pasar yang berada di 6-6,2%.

Pelemahan rupiah juga disebabkan derasnya aksi jual oleh investor asing. Berdasarkan data transaksi 13-16 Februari 2023, asing mencatat net sell sebesar Rp 4,62 triliun di pasar SBN dan net sell Rp 1,10 triliun di pasar saham.

Sepanjang Februari 2023, rupiah terpuruk 1,8% di hadapan dolar AS.

Rupiah terpuruk semakin dalam pada awal Maret. Pada pekan kedua Maret (6-10 Maret), mata uang Garuda ambles 0,97% sepekan.

Pelemahan ini memperpanjang derita rupiah yang tersungkur selama empat pekan sebelumnya.

Adalah pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell yang membuat rupiah terpuruk.

Powell memberikan pidato di depan senat AS pada 7 Maret 2023 mengenai kebijakan moneter. Dia menegaskan jika The Fed akan tetap hawkish dan akan mengerek suku bunga lebih besar dalam jangka panjang demi memerangi inflasi.

Rupiah sempat melemah hingga ke posisi Rp 15.445 pada 10 Maret 2023, atau terendah sejak dua bulan.

Kinerja rupiah berbalik arah setelah krisis perbankan AS melanda AS dan meluas ke Eropa sejak 11 Maret 2023.

Rupiah terus menguat karena pelaku pasar khawatir dengan dampak perbankan AS terhadap ekonomi mereka. Pasar juga memperkirakan The Fed tidak akan lagi hawkish seperti pernyataan sebelumnya.

Rupiah bahkan mampu menguat sebesar 1,25% pada Jumat dua pekan lalu (24/3/2023), penguatan terbesar sehari dalam dua bulan lebih.

Puncaknya adalah rupiah mampu menembus level di bawah Rp 15.000 pada perdagangan Jumat pekan ini.  Secara keseluruhan, rupiah menguat 1,7% pada Maret tahun ini serta 3,8% pada kuartal I-2023.

 CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular