IHSG Galau, Sesi Pertama Ditutup Melemah Tipis

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
31 March 2023 11:56
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (31/3/23) ditutup di 6.807,86 atau melemah sangat tipis 0,02% secara harian.

Sebanyak 253 saham turun, 257 saham naik sementara 182 lainnya mendatar alias tidak berubah. Hingga istirahat siang,nilaitransaksimencapai sekitarRp4,58 triliundengan melibatkan9,32miliar sahamyang berpindah tangan sebanyak 804 ribu kali.

Menyusutnya IHSG tercermin dari mayoritas sektor yang melemah. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, delapan sektor berada di zona merah. Sektor utilitas dan energi menjadi yang paling merugikan indeks turun masing-masing 0,55 dan 0,49 persen.

Adapun lima bottom movers (laggard) yang menyeret IHSG ke zona merah berdasarkan bobot indeks poin-nya antara lain:

  1. PT Bank Central Asia (-7,12)
  2. PT Bayan Resources (-5,31)
  3. PT Bank Rakyat Indonesia (-2,46)
  4. PT Telkom Indonesia (-2,43)
  5. PT Gojek Tokopedia (-1,86)

Pagi ini IHSG dibuka menguat namun berangsur melemah hingga penutupan sesi I.Wall Street yang menguat semalam sejatinya memberikan sentimen positif ke pasar saham Indonesia, IHSG.

Namun, investor veteran Jeffrey Gundlach memberikan saran sell on rally atau menjual saat terjadi kenaikan. Ia melihat dalam beberapa bulan kedepan Amerika Serikat akan mengalami resesi dan The Fed akan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.

Rilis data inflasi AS versi personal consumption expenditure (PCE) malam ini menjadi perhatian utama pelaku pasar dan bisa berdampak ke pasar finansial Indonesia pekan depan. Data ini merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti PCE tumbuh 4,7% year-on-year (yoy) pada Februari, sama dengan bulan sebelumnya.

Perhatian juga tertuju ke China yang melaporkan data aktivitas manufaktur, dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Hasil polling Reuters menunjukkan PMI manufaktur China bulan ini sebesar 51,5 lebih rendah dari bulan sebelumnya 52,6. Meski menurun, angka tersebut masih di atas 50 yang berarti ekspansi.

Hal ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham hingga rupiah, sebab China saat ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi global. Sektor manufakturnya yang tetap berekspansi memberikan gambaran permintaan impor komoditas masih cukup bagus.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular