Market Commentary
Saham GOTO Loyo Lagi, Gegara Driver Gojek Makin Langka?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Jumat (31/3/2023).
Per pukul 09:45 WIB, saham GOTO merosot 0,89% ke posisi harga Rp 111/saham. Saham GOTO pada pagi hari ini bergerak direntang harga Rp 111 - 113 per saham.
Saham GOTO sudah ditransaksikan sebanyak 3.251 kali dengan volume sebesar 345,8 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 38,77 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 132,65 triliun.
Hingga pukul 09:45 WIB, di order bid atau beli, terdapat 2,75 juta lot antrian di harga Rp 111/saham, sekaligus menjadi antrian beli terbanyak pada pagi hari ini.
Sedangkan di order offer atau jual, terdapat 2,5 juta lot antrian di harga Rp 112/saham, juga menjadi antrian jual terbanyak pada hari ini.
Belum diketahui secara pasti penyebab saham GOTO melemah karena aksi profit taking investor. Namun, adanya potensi jumlah driver ojek online (ojol) yang akan makin menurun drastis dapat menjadi sentimen negatif bagi GOTO.
Penyebabnya adalah pendapatan mereka yang mengalami penurunan karena potongan besar yang dilakukan perusahaan aplikasi ride hailing.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono menjelaskan potongan besar dan pendapatan yang tak sebesar dulu membuat masyarakat tidak antusias menjadi pengemudi lagi.
Fenomena yang berbeda dari sekitar tahun 2016, saat banyak orang berbondong-bondong beralih profesi menjadi driver ojol.
Saat pertama kali muncul tahun 2010-2015 penghasilan para pengemudi bisa mencapai Rp 10 juta. Tahun 2016, aplikasi mulai ada perekrutan besar-besaran untuk posisi driver.
Pada 2016-2018, pendapatan para driver mulai menurun hingga 50% dari sebelumnya. Hal ini diperparah dengan keadaan pandemi yang makin memotong pemasukan pengemudi.
"Memang yang membuat ini terus menurun karena banyak potongan perusahaan aplikasi terhadap pengemudi ojek online. Hal ini sebagai gambaran perusahaan tidak memperhatikan, tidak merawat pengemudinya, namun hanya profit oriented saja," kata Igun, kepada CNBC Indonesia, Rabu malam (29/3/2023).
Dia menjelaskan yang berlaku saat ini adalah potongan lebih dari 20%. Sementara pihaknya telah meminta untuk maksimal melakukan potongan sebanyak 10%.
Selain itu, penelitian Mahasiswa Doktoral London School Economics (LSE), Muhammad Yorga Permana juga mengungkapkan para ojol berminat untuk beralih profesi menjadi pegawai tetap. Salah satu alasannya karena pendapatan mereka terus mengalami penurunan.
Penelitian mencatat penurunan pendapatan terjadi pada 2019. Bonus harian yang ditawarkan aplikasi juga tak lagi menarik sekarang.
Alhasil, pihak Gojek juga ikut mengomentari hasil temuan tersebut. Menurut Komisaris GoTo, Agus Martowardojo, hasil survei tersebut wajar begitu pula para masyarakat yang saat ini jadi pegawai dan ingin menjadi mitra driver ataupun merchant.
Sementara menurut Direktur Utama GoTo, Andre Soelistyo menjelaskan 50% pengemudi aktif Gojek bekerja sebagai part timer. Artinya mereka bekerja sebagai pegawai ataupun mahasiswa, namun juga mencari tambahan sebagai driver ojol.
Kesempatan tersebut, dia mengatakan pasti akan diambil oleh masyarakat. Apalagi ini terkait adanya tambahan pendapatan bagi mereka.
Jadi, Andre menambahkan masalah ini tidak bisa dilihat sebagai pegawai tetap atau tidak. Karena menurutnya ada kesempatan kerja di sana.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Duh! Saham GOTO Ambles & Mepet ARB, Ada Apa?
(chd)