Wall Street Melesat, Krisis Perbankan Selesai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat tajam pada pembukaan perdagangan Rabu (29/3/2023) waktu setempat. Para pelaku pasar melihat masa-masa buruk perbankan sudah berhasil dilewati.
Indeks Dow Jones menguat 0,8%, S&P 500 1%, dan Nasdaq melesat 1,2%.
Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan para pejabat The Fed memantau dampak kejatuhan sektor perbankan "dengan seksama".
Ia juga menegaskan sistem perbankan saat ini resilien dan sehat, memiliki modal yang kuat dan likuiditas yang cukup memadai serta mendapat dukungan penuh dari The Fed dan regulator lainnya.
Meski demikian, Kashkari mengakui masih akan ada tekanan di sektor perbankan.
"Saya tidak mengatakan semua tekanan sudah hilang, saya memperkirakan proses ini memerlukan waktu beberapa saat. Tetapi secara fundamental. sistem perbankan sehat," kata Kashkari sebagaimana dilansir CNBC International.
Pergerakan saham perbankan juga lebih stabil di pekan ini, bahkan menguat tajam pada Senin lalu.
Sementara itu, Jeffery Gundlach, investor veteran yang dikenal sebagai "Raja Obligasi" muncul dalam sebuah wawancara dengan CNBC International awal pekan ini. Dalam kesempatan tersebut, Gundlach yang pendapatnya kerap dijadikan referensi pelaku pasar memperingatkan risiko resesi yang akan dialami Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan ke depan.
"Tekanan bagi perekonomian semakin besar, kita sudah membicarakan hal tersebut beberapa waktu terakhir, dan saya pikir resesi akan datang dalam beberapa bulan ke depan," kata Gundlach dalam wawancaranya dengan CNBC International, Senin (27/3/2023).
Sang "Raja Obligasi" mengatakan inversi imbal hasil (yield) surat uang pemerintah AS (Treasury) merupakan peramal resesi yang akurat.
Dalam kondisi normal, yield obligasi jangka pendek akan lebih rendah dari jangka panjang. Sementara saat inversi kebalikannya, yield obligasi jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang.
Di Amerika Serikat, inversi terjadi antara yield Treasury tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun
Inversi bisa dilihat dari spread (selisih) yield tenor 10 tahun dengan 2 tahun. Ketika spread-nya negatif artinya mengalami inversi. Pada Selasa (7/3/2023) selisihnya sempat menembus -103,5 basis poin, menjadi yang terbesar dalam lebih dari empat dekade terakhir, berdasarkan data Refinitiv.
Kali terakhir selisih sebesar 100 basis poin atau 1% terjadi pada 1981, Amerika Serikat dalam kondisi yang sama mengalami inflasi tinggi. Saat itu, resesi akhirnya terjadi dan tingkat pengangguran meroket.
Gundlach pun menyebut The Fed akan bertindak dramatis dengan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
Hasil Pemilu Buram, Wall Street Anjlok 1%
(pap/pap)