
Top! Rupiah Sedikit lagi Tembus Rp 15.000/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (29/3/2023). Setelah gonjang-ganjing sektor perbankan di Amerika Serikat dan Eropa mereda, pelaku pasar kembali berfokus pada suku bunga tinggi dan risiko resesi.
Rupiah sebenanrya membuka perdagangan dengan melemah 0,17%, setelanya bergerak volatil sebelum menguat 0,2% ke Rp 15.055/US$.
Isu suku bunga tinggi dan resesi tentunya mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang membuat rupiah kesulitan menguat. Tetapi ke depannya jika resesi terjadi, bank sentral AS (The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunganya, yang tentunya bisa menguntungkan bagi rupiah.
"Raja Obligasi" Jeffrey Gundlach, mengatakan Amerika Serikat akan mengalami resesi dalam beberapa bulan ke depan, dan The Fed akan memangkas suku bunganya beberapa kali.
"Tekanan bagi perekonomian semakin besar, kita sudah membicarakan hal tersebut beberapa waktu terakhir, dan saya pikir resesi akan datang dalam beberapa bulan ke depan. The Fed akan bertindak dramatis," kata Gundlach dalam wawancaranya dengan CNBC International, Senin (27/3/2023).
Kemungkinan terjadi resesi di Amerika Serikat juga dikatakan semakin dekat pasca gonjang-ganjing sektor perbankan. Hal ini bahkan diungkapkan oleh Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari dalam wawancaranya dengan CBS.
"Ini jelas membawa kita semain dekat (dengan resesi) saat ini, apa yang belum jelas bagi kami saat ini adalah seberapa banyak tekanan perbankan yang bisa membuat krisis kredit meluas. Kemudian, krisis kredit akan memperlambat perekonomian," kata Kashkari sebegaimana dilansir CNBC International.
Kashkari mengatakan para pejabat The Fed memantau dampak kejatuhan sektor perbankan "dengan seksama".
Ia juga menegaskan sistem perbankan saat ini resilien dan sehat, memiliki modal yang kuat dan likuiditas yang cukup memadai serta mendapat dukungan penuh dari The Fed dan regulator lainnya.
Meski demikian, Kashkari mengakui masih akan ada tekanan di sektor perbankan.
"Saya tidak mengatakan semua tekanan sudah hilang, saya memperkirakan proses ini memerlukan waktu beberapa saat. Tetapi secara fundamental. sistem perbankan sehat," tegasnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?