Market Commentary
Harga Emas Lesu, Tapi 6 Sahamnya di RI Malah Ngegas

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten pertambangan emas bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi I Senin (28/3/2023), meski harga emas dunia masih melanjutkan pelandaian pada perdagangan kemarin.
Hingga pukul 09:42 WIB, dari enam saham pertambangan emas, lima saham terpantau sudah melesat lebih dari 1%, sedangkan satu saham terpantau terkoreksi.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Aneka Tambang | ANTM | 2.010 | 2,55% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 169 | 1,81% |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 65 | 1,56% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 97 | 1,04% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 3.980 | 1,02% |
Archi Indonesia | ARCI | 348 | -2,25% |
Sumber: RTI
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali menjadi saham pertambangan emas yang paling besar penguatannya pada pagi hari ini, yakni melonjak 2,55% ke posisi harga Rp 2.010/saham.
Investor masih cenderung menyambut baik kinerja ANTM pada tahun lalu. Laba bersih ANTM pada 2022 melesat 105% menjadi Rp 3,82 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 1,86 triliun pada 2021.
Berikutnya ada saham pertambangan emas Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang melesat 1,81% ke Rp 169/saham.
Sementara untuk saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terpantau ambles 2,25% menjadi Rp 348/saham.
Harga emas kembali melandai. Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, emas ditutup ambles 1,04% di posisi US$ 1.956,56 per troy ons..
Pelemahan tersebut memperpanjang derita emas yang juga anjlok pada akhir pekan lalu. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga emas ambruk 1,85%.
Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Per pukul 06:32 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.957,35 per troy ons, naik tipis 0,04%.
Ambruknya emas ini hanya berselang beberapa hari setelah sang logam mulia terbang tinggi.
Emas mengangkasa pada 10-23 Maret 2023. Pada periode tersebut, emas melambung 8,9%.
Lonjakan harga emas sebelumnya ditopang oleh kekhawatiran pasar setelah tiga bank Amerika Serikat (AS) kolaps yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Analis dari Blue Line Futures, Phillip Streible, menjelaskan pelemahan tajam emas disebabkan oleh aksi jual investor dalam jumlah besar.
Menurutnya, penguatan emas yang sangat tajam pada pekan lalu lebih disebabkan oleh short covering akibat kepanikan pasar. Saat kepanikan mereda, investor kembali menjual emasnya.
"Reli emas (pekan lalu) lebih disebabkan oleh short covering. Harga emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan," ujar Streible, dikutip dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Harga Emas Mulai Loyo, Kok Saham Emas RI Malah Ngacir?
(chd/chd)