Saham Perbankan di Amerika Terbang, Rupiah Siap Melesat Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.155/US$ awal pekan kemarin. Pelemahan tersebut terbilang wajar melihat penguatan tajam sepanjang pekan lalu, dan berada di level terkuat sejak 10 Februari.
Sentimen pelaku pasar yang cukup bagus, dilihat dari pergerakan bursa saham AS dan Eropa, di mana saham sektor perbankan menguat tajam.
Indeks dolar AS pun kembali turun, yang membuka peluang penguatan rupiah pada perdagangan Selasa (28/3/2023).
Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.
Area Rp 15.090/US$ kini menjadi support kuat yang akan menahan penguatan rupiah. Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Jika mampu ditembus dengan konsisten, rupiah berpeluang besar menembus Rp 15.000/US$ pekan ini.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi.
Selama tertahan di atas Rp 15.090/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.230/US$. Penembusan konsisten ke atas level tersebut berisiko membuat rupiah melemah lebih jauh ke kisaran Rp 15.300/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Volatilitas Tinggi, Rupiah Akhir 2022 Rawan ke Rp 16.000/USD?
(pap/pap)