Sentimen Positif-Negatif Adu Kuat, Harga CPO Tetap Nanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange menguat pada sesi awal perdagangan Selasa (28/3/2023). Penguatan tersebut melanjutkan tren negatif yang sudah berlangsung kemarin.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan menguat 1,09% ke MYR 3.615 per ton pada pukul 08:05 WIB. Harga tersebut adalah yang ang tertinggi sejak MYR 3.615 per ton.
Pada perdagangan awal pekan Senin (27/3/2023) harga CPO juga ditutup menguat 1,82% ke posisi MYR 3.576 per ton. Penguatan kemarin sekaligus memutus tren negatif CPO yang ambruk selama delapan hari sebelumnya.
Harga CPO sempat melesat di posisi MYR 4.325 per ton pada 3 Maret 2023 lalu. Namun nyatanya hingga hari ini harganya terpangkas jauh hingga hari ini dan sudah turun di level psikologis 3.600-an.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak nabati lainnya. Namun cenderung berlawanan dengan harga minyak mentah dunia yang terpantau melesat.
Harga minyak nabati sendiri bergerak beragam. Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 1,2% dan kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 2,0%. Sementara itu, harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,1%.
Untuk diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Kenaikan harga sebagian minyak saingan CPO tersebut karena investor menilai positif upaya otoritas untuk meredakan kekhawatiran atas sistem perbankan global.
Seperti diketahui, krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) mulai mereda setelah otoritas mulai dari pemerintah hingga Lembaga Penjamin Simpanan FDIC turun tangan.
Seperti diketahui, FDIC mengumumkan First Citizens BancShare Inc akan membeli simpanan dan pinjaman Silicon Valley Bank (SVB). Pengumuman ini dua minggu setelah kejatuhan SVB yang mengawali krisis perbankan AS.
Sementara itu, rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus meningkatkan ketegangan di Eropa sehingga ikut mendongrak harga minyak.
Minyak kelapa sawit berusaha untuk memulihkan beberapa kerugian besar dari minggu lalu, tetapi hanya ada sedikit momentum untuk mempertahankan harga.
"Sentimen masih terhambat oleh kelemahan minyak nabati terkait," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura dikutip dari Reuters.
Kenaikan hargaCPO salah satunya ditopang oleh kabar baik dari Malaysia.
Beberapa institusi melihat ekspor CPO Malaysia pada periode 1 - 25 Maret akan mengalami kenaikan yang signifikan. Tetapi, prediksi tersebut belum mampu mendongkrak kinerjanya.
Berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services pada Sabtu (25/3/2023) melaporkan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 Maret naik 11,4% menjadi 1.151.224 ton dari 1.033.905 ton yang dikirim selama 1-25 Februari.
Kemudian AmSpec Agri Malaysia memproyeksikan ekspor melesat meroket nyaris 20% pada periode yang sama. Melihat prediksi tersebut, harga CPO seharusnya bisa menguat.
Namun, Maybank Investment Banking Group memperkirakan bahwa minyak sawit mentah berjangka akan mengalami kemunduran. Harga diperkirakan akan turun menjelang pemulihan output musiman pertengahan tahun.
Ke depannya harga CPO diprediksi akan terus menurun oleh Fitch Ratings akibat peningkatan produksi. Fitch melihat rata-rata harga CPO akan turun ke US$ 700 per ton, cukup jauh di bawah harga saat ini di kisaran US$ 800 per ton.
Sementara, Indonesia mengirimkan 2,95 juta ton minyak sawit pada Januari, naik 35,2% dari tahun sebelumnya.
Produksi minyak sawit mentah Indonesia yang merupakan produsen terbesar di dunia mencapai 3,89 juta ton pada Januari 2023 sementara persediaan turun 3,56% dari bulan sebelumnya menjadi 3,09 juta ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Dunia Tak Baik-Baik Saja! Harga CPO Merana, Anjlok 5%
(aum/aum)