Rekor Terbaik Dua Bulan, Rupiah Melonjak 1,2%

Market - mae, CNBC Indonesia
24 March 2023 15:05
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sangat perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (24/3/2023).

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan hari ini di posisi Rp 15.150/US$. Mata uang Garuda melonjak 1,25%. Penguatan 1,25% sehari adalah yang terbesar sejak 14 Januari 2023 atau dua bulan terakhir. Pada tanggal tersebut rupiah melesat 1,29%.

Penguatan hari ini memperpanjang tren positif rupiah yang juga menguat 0,1% pada perdagangan Selasa (21/3/2023.

Rupiah langsung menguat tajam pada perdagangan hari ini. Pada awal perdagangan rupiah bahkan langsung menguat 1% lebih ke posisi Rp 15.180/US$1.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan penguatan rupiah ditopang oleh sentimen positif pasca keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Seperti diketahui, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS (22/3/2023) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75-5%. Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi pasar.


Kendati tetap menaikkan suku bunga, pelaku pasar kini berekspektasi jika The Fed akan segera melunak, terlebih dengan krisis perbankan yang kini menggoyang AS.

"Mostly karena sentimen post FOMC meeting, market sekarang semakin yakin jika fed Fund rate *FFR) akan dipangkas secara bertahap pada semester II-2023," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, sepekan terakhir AS tengah diguncang krisis yang menimpa tiga bank mereka. Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank kolaps karena penarikan dana besar-besaran nasabahnya.

Kolapsnya bank juga memunculkan kekhawatiran jika suku bunga tinggi saat ini telah berdampak besar ke perbankan.

FOMC dalam pernyataannya menjelaskan krisis perbankan AS menjadi perhatian besar mereka. Namun, inflasi AS tetap menjadi pertimbangan utama.

Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, inflasi masih jauh di atas target mereka di kisaran 2%.

Dengan inflasi yang melandai dan krisis perbankan yang kini menggoyang AS, pelaku pasar pun semakin yakin jika kebijakan moneter The Fed akan segera beralih menjadi dovish dari sebelumnya sangat hawkish.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Volatilitas Tinggi, Rupiah Akhir 2022 Rawan ke Rp 16.000/USD?


(mae/mae)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading