IFG Prediksi Industri Asuransi RI Tumbuh Hingga 8%

Jakarta, CNBC Indonesia - Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asuransi Indonesia Financial Group (IFG) memprediksi, industri asuransi dalam negeri bisa terus bertumbuh positif tahun ini. Bahkan, kelompok riset IFG Progress menyatakan pertumbuhan premi bisa mencapai 8% di tahun 2023.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Kholilul dalam diskusi bertajuk "Outlook Industri Asuransi 2023" bersama sejumlah media di Kantor Pusat IFG, Gedung Graha Niaga, Jakarta, pada Selasa (21/03/23).
"Memang agak sulit untuk kita mendeteksi pertumbuhan asuransi secara umum. Tapi untuk pertumbuhan premi asuransi jiwa kami prediksi bisa mencapai 2-5%, kalo non life 5-8%," ungkap Ibrahim.
Ibrahim menambahkan, angka ini masih moderat atau masih bisa berfluktuasi. Mengingat, Indonesia belum sepenuhnya rebound dari krisis.
Diketahui, menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pada tahun 2022, premi asuransi jiwa di Indonesia berada di antara angka Rp160-170an triliun. Sementara asuransi umum di Indonesia berkisar di angka Rp90,1 triliun.
Ibrahim mengatakan, salah satu pendorong utama pertumbuhan industri asuransi dalam negeri adalah adanya perbaikan dari sisi regulasi dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja khususnya P2SK untuk sektor keuangan. UU tersebut memberi prioritas pada pengembangan industri asuransi dan dana pensiun melalui berbagai inovasi, memperkuat pengawasan, dan mendukung asuransi dan dana pensiun sebagai salah satu sumber alternatif pembiayaan yang menjanjikan bagi pembangunan.
Di lain pihak, pemanfaatan digitalisasi dalam melakukan pemasaran produk asuransi kepada masyarakat bakal mendorong peningkatan penetrasi asuransi di tengah masyarakat. Dengan digitalisasi, masyarakat jadi lebih mudah memahami dan mengakuisisi berbagai produk asuransi yang ditawarkan.
Salah satu sektor yang cukup menjanjikan adalah bertumbuhnya ekonomi berbasis digital melalui hadirnya marketplace, yang mendorong adanya transaksi digital. Ke depan, kebutuhan akan hadirnya asuransi yang menjamin transaksi tersebut akan makin meningkat bersamaan dengan risiko yang bertumbuh sejalan dengan makin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat untuk berbelanja online.
Di sisi lain, pasar asuransi dari segmen UMKM juga masih terbuka lebar. Pemerintah saat ini terus memberikan dukungan bagi UMKM melalui penyaluran KUR dan PEN, yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Penyaluran dukungan pemerintah itu membutukan garansi melalui perusahaan asuransi, di samping kesadaran individual pelaku UMKM untuk membeli produk asuransi lainnya dalam menjamin risiko usahanya.
Meski begitu, Ibrahim menyampaikan masih ada tantangan yang menghadang industri asuransi di tahun 2023 ini. Tantangan utamanya adalah bayang-bayang resesi ekonomi global, yang berimbas pada ekonomi dalam negeri. Sejumlah sektor usaha yang menggantungkan pertumbuhan usahanya pada kegiatan ekspor impor bakal akan terganggu karena permintaan pasar luar negeri yang menurun.
Selain itu, Ibrahim menyampaikan, kepercayaan dan persepsi masyarakat Indonesia terkait industri asuransi juga masih kurang. "Karena miss management dari bbrp usaha asuransi itu yg bikin orang jadi tidak trust," pungkas Ibrahim.
Dengan demikian, Sekretaris Perusahaan IFG, Oktarina Dwidya Sistha dalam kesempatan yang sama menjelaskan, IFG turut memiliki misi untuk terus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi melalui penguatan tata kelola holding dan anak perusahaan, serta peran aktif dalam literasi dan edukasi keuangan bagi masyarakat melalui berbagai kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan.
[Gambas:Video CNBC]
Jasindo PHK Karyawan, Ini Tanggapan BUMN
(fsd/fsd)