
Mabrur! IHSG Berakhir Cerah Bergairah Jelang Puasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat lebih dari 1% pada perdagangan Selasa (21/3/2023), ditopang oleh bangkitnya kembali saham perbankan di global yang juga berimbas ke saham perbankan di dalam negeri.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 1,2% ke posisiĀ 6.691,61.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan hari ini mencapai sekitaran Rp 7,98 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 332 saham menguat, 202 saham melemah dan 175 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi memimpin penguatan yakni mencapai 1,62%, disusul sektor finansial atau keuangan yang melonjak 1,59%, dan sektor industri dasar yang melesat 1,01%.
Di lain sisi, beberapa saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi penopang gerak IHSG pada hari ini, di mana sebagian besar merupakan saham bank besar.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penopang IHSG terbesar hari ini, yakni mencapai 23,89 indeks poin, disusul saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang juga membantu IHSG menguat sebesar 15,94 indeks poin.
Dari pergerakannya, saham BMRI ditutup melonjak 5% ke posisi harga Rp 10.500/unit, sedangkan saham TLKM ditutup melesat 3,26% menjadi Rp 4.120/unit.
IHSG cenderung mengikuti pergerakan pasar saham global, yang ditopang oleh kenaikan saham perbankan, setelah sebelumnya terpuruk karena krisis Silicon Valley Bank (SVB).
Hal ini terjadi setelah adanya kesepakatan untuk menyelamatkan Credit Suisse dan bank-bank yang sebelumnya mengalami krisis serta upaya bank sentral utama untuk meningkatkan kepercayaan pada sistem keuangan di negaranya.
Bank sentral AS (The Fed), bank sentral Eropa (ECB), dan bank sentral utama lainnya seperti bank sentral Inggris (BoE), bank sentral Jepang (BoJ), bank sentral Kanada (BoC), dan bank sentral Swiss (SNB) berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Sementara itu, pada Minggu lalu, UBS sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340). Setelah penyelamatan darurat, bank gabungan tersebut akan memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun.
Di lain sisi, pasar kini mengharapkan bahwa The Fed bakal semakin melunak setelah adanya krisis perbankan di AS. Namun pada pertemuan pekan ini, pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).
Berdasarkan data CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 24% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat