167 Tahun Kisah Credit Suisse Hingga Kini Diambang Bangkrut

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
21 March 2023 16:25
Dok. Credit Suisse
Foto: Dok. Credit Suisse

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank raksasa Swiss Credit Suisse tengah bergejolak. Saham perusahaan perbankan itu mencapai titik terendah sepanjang masa Rabu (15/3/2023) pagi waktu London.

Di awal perdagangan saham turun lebih dari 24%. Ini terjadi setelah investor terbesar Credit Suisse, Saudi National Bank (SNB), mengatakan tidak dapat memberikan bantuan keuangan lebih lanjut kepada bank Swiss, mengutip laporan Reuters, sebagaimana diberitakan CNBC International.

Ini kemudian memicu pelemahan dua hari berturut-turut. Sebelumnya saham Credit Suisse juga anjlok terseret krisis perbankan Amerika Serikat yang melibatkan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.

Hingga akhirnya, bank terbesar Swiss UBS mengumumkan akan mencaplok bank bermasalah Credit Suisse. Transaksi ini senilai US$ 3,25 miliar (Rp49 triliun) dan akan dibayarkan dengan saham UBS kepada pemegang saham Credit Suisse.

Kesepekatan (all share) yang dilakukan hari Minggu (19/3/2023) lalu ini menetapkan harga Credit 0,76 Swiss Franc (SFr). Harga ini jauh lebih kecil dari harga penutupan perdagangan Jumat (17/3/2023) pekan lalu di angka SFr 1,86.

Credit Suisse sebenarnya adalah pemain lama dalam industri perbankan. Bahkan sudah 167 tahun bank yang berbasis di Zurich itu berdiri sebelum dicaplok oleh saingan terbesarnya, UBS.

Mengutip The Economist, berikut perjalanan sejarah Credit Suisse Group yang penuh dengan serangkaian skandal, kerugian, dan pergolakan manajemen.

Awal Mula

Pada tahun 1856, politisi dan pemimpin bisnis Alfred Escher mendirikan Schweizerische Kreditanstalt (SKA) untuk membiayai perluasan jaringan kereta api dan mempromosikan industrialisasi Swiss. 14 tahun kemudian, tepatnya tahun 1870, SKA kantor perwakilan asing pertama di New York, Amerika Serikat. Pada tahun 1876, SKA pindah ke kantor pusat baru di alun-alun Paradeplatz, Zurich.

Merambah ke Amerika

Pada tahun 1934, First Boston menjadi bank investasi publik pertama di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1939 SKA mendirikan Swiss American Corporation di New York untuk fokus pada bisnis underwriting dan investasi.

Hampir tiga dekade kemudian, tepatnya pada tahun 1962, SKA mengambil alih White, Weld and Co AG di Zurich dari bank investasi A.S. White Weld, dan menamainya Clariden Finanz AG. Dua tahun kemudian, SKA mendapat lisensi sebagai full-service bank di New York.

Pada tahun 1977, SKA terjerat skandal pencucian uang Chiasso Affair menyebabkan kerugian bersejarah dan memacu transisi bank ke grup keuangan internasional.

Melantai di Bursa New York

Kemudian di tahun 1982, SKA menjadi bank Swiss pertama dengan kursi di New York Stock Exchange (NYSE) melalui unit SASI; CS Holding didirikan sebagai anak perusahaan SKA untuk memegang saham di perusahaan industri.

CS Holding pada tahun 1988 membeli 45% saham di First Boston sebagai bagian dari kesepakatan penyelamatan, dan menamainya CS First Boston. Sebelumnya, First Boston dan SKA pernah terhubung satu dekade sebelumnya untuk beroperasi di pasar obligasi London.

Setahun kemudian, CS Holding menjadi perusahaan induk grup SKA. Lalu pada tahun 1990, Grup mengambil saham pengendali di bank investasi AS CS First Boston dan membeli Bank Leu, sebuah bank swasta Swiss.

Pada tahun 1993, CS Holding membeli Volksbank, bank terbesar keempat di Swiss, dan setahun kemudian membeli Neue Aargauer Bank.

Reorganisasi

CS Holding melakukan reorganisasi pada tahun 1997 dengan mengubah nama menjadi Credit Suisse Group dan menghapus nama SKA. Credit Suisse juga membeli perusahaan asuransi Winterthur, mitra strategis.

Kemudian di tahun 1999, Grup tersebut membeli bisnis manajemen aset Warburg, Pincus & Co, diikuti dengan pembelian firma Wall Street Donaldson, Lufkin & Jenrette (DLJ) setahun kemudian.

Pada tahun 2022, sebuah reorganisasi menciptakan dua unit, yakni Credit Suisse Financial Services dan Credit Suisse First Boston. Dua tahun kemudian terbagi menjadi tiga unit dengan menambahkan Winterthur.

Kemudian, Credit Suisse dan CSFB bergabung dan berhenti menggunakan nama merek Credit Suisse First Boston pada tahun 2005. Setahun kemudian, Grup tersebut melepaskan Winterthur ke perusahaan asuransi Prancis AXA.

Pada tahun 2007, Grup ini menggabungkan empat unit perbankan swasta dan perusahaan perdagangan sekuritas ke dalam Clariden Leu.

Selamat dari Krisis 2008

Credit Suisse berhasil menghadapi krisis keuangan global tanpa perlu bailout negara, tidak seperti saingannya UBS.

Pada tahun 2012, Credit Suisse menyerap Clariden Leu dan menggabungkan perbankan swasta dan manajemen aset menjadi satu divisi. Setahun kemudian, grup membeli bisnis manajemen kekayaan Morgan Stanley di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

Di bawah kepemimpinan CEO Tidjane Thiam pada tahun 2015, grup diposisikan ulang menjadi tiga unit manajemen kekayaan yang didukung oleh dua divisi perbankan investasi.

Dilanda Skandal

Pada bulan Februari 2020, skandal operasi pengawasan rahasia bank menyebabkan kepergian Thiam dari grup. Pada bulan Maret, dana investasi AS Archegos meledak, membebani Credit Suisse dengan kerugian $5,5 miliar.

Pada bulan yang sama grup harus membekukan $10 miliar dana keuangan rantai pasokan yang terkait dengan pemodal Inggris Greensill Capital yang bangkrut, yang telah dipasarkannya kepada klien sebagai produk berisiko rendah.

Kemudian pada tahun 2021, Antonio Horta-Osorio mengundurkan diri sebagai chairman kurang dari sembilan bulan setelah bergabung dengan bank. Ini setelah melanggar aturan karantina COVID-19. Alex Lehmann kemudian menggantikannya.

Bulan Juli 2022, Bank menunjuk ahli restrukturisasi Ulrich Koerner sebagai CEO untuk menggantikan Thomas Gottstein dan mengumumkan tinjauan strategis lainnya.

Lalu di bulan Oktober, Credit Suisse mengumumkan rencana menyeluruh untuk memfokuskan kembali pada perbankan untuk orang kaya, termasuk peningkatan modal SFr 4 miliar, pengurangan jumlah karyawan sebanyak 9.000 pekerjaan sampai akhir tahun 2025, dan memisahkan bank investasinya yang sebelumnya untuk pembentukan CS First Boston.

Saudi National Bank mengatakan akan membeli saham dengan memberikan saham sebanyak 9,9%.

Di Ambang Kebangkrutan

Terkini, bulan Maret 2023, laporan tahunan 2022 Credit Suisse mengidentifikasi "kelemahan material" dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Bank juga mengatakan arus keluar pelanggan telah stabil tetapi "belum berbalik".

Saham bank Swiss turun sebanyak 30% setelah pemegang saham terbesarnya Saudi National Bank mengatakan tidak dapat memberikan dukungan lebih karena kendala peraturan.

Credit Suisse mendapatkan bantuan $54 miliar dari bank sentral Swiss untuk menopang likuiditas, bank global besar pertama yang mendapatkan dana darurat sejak krisis keuangan 2008.

Otoritas Swiss memberikan jaminan bahwa Credit Suisse telah memenuhi "persyaratan modal dan likuiditas yang dikenakan pada bank-bank penting secara sistemik".

Setidaknya empat bank besar, termasuk Societe Generale SA dan Deutsche Bank AG, membatasi perdagangan baru yang melibatkan Credit Suisse atau sekuritasnya, menurut lima sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut.

Hingga akhirnya, bank terbesar Swiss UBS mengumumkan akan mencaplok bank bermasalah Credit Suisse dengan transaksi sebesar US$ 3,25 miliar (Rp49 triliun).


(Zefanya Aprilia/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nafas Udah Senin Kamis, Credit Suisse Lakukan Langkah Darurat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular