Bursa Asia Dibuka Bergairah, Krisis Perbankan Sudah Reda?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 March 2023 08:42
Bursa Asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Selasa (21/3/2023), di tengah optimisme pasar bahwa krisis perbankan global dapat semakin mereda.

Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melesat 0,81%, Shanghai Composite China naik 0,18%, Straits Times Singapura melonjak 1,04%, ASX 200 Australia melejit 1,26%, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,52%.

Sementara untuk indeks Nikkei 225 Jepang dan pasar keuangan Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ekuinoks Musim Semi.

Dari Korea Selatan, ekspor tahunan mengalami penurunan pada Februari lalu, di mana ekspornya turun menjadi 17,4% (year-on-year/yoy). Tak hanya ekspornya saja yang melandai, impor Korea Selatan pada bulan lalu juga melandai yakni menjadi 5,7% (yoy).

Ekspor untuk 20 hari pertama pada bulan ini mencapai US$ 30,9 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 37,3 miliar.

Secara rincian, ekspor ke Amerika Serikat (AS) meningkat 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara ekspor ke China mengalami penurunan terbesar sebesar 36,2%, diikuti oleh Vietnam dengan penurunan 28,3%.

Sementara untuk impor dari China dan Taiwan masing-masing naik 9,1% dan 14,1%, sedangkan penurunan impor terbesar terlihat dari Australia dengan penurunan 24,7%.

Menyusul pengumuman tersebut, won Korea Selatan tak kuat melawan dolar AS, yakni melemah 0,18% ke level KRW 1.306,72/US$.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, karena pelaku pasar berharap bahwa krisis di sektor perbankan global dapat mereda.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,2%, S&P 500 melesat 0,89%, dan Nasdaq Composite menguat 0,39%.

Hal ini terjadi setelah adanya kesepakatan untuk menyelamatkan Credit Suisse dan upaya bank sentral untuk meningkatkan kepercayaan pada sistem keuangan.

Selain itu, pelaku pasar juga berharap bahwa sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi lebih melunak setelah adanya krisis perbankan yang terjadi di AS pada pekan lalu.

Saham perbankan di AS terpantau cerah pada perdagangan kemarin, menandakan adanya pemulihan dari kerugian besar sepanjang pekan lalu karena sektor tersebut terpaksa menopang basis simpanan mereka setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB).

Meski saham-saham perbankan di AS kembali bangkit, tetapi saham First Republic Bank kembali ambruk 47%.

Ambruknya kembali saham First Republic Bank terjadi setelah S&P Global memangkas peringkat First Republic Bank, memicu kekhawatiran tentang likuiditas bank meskipun ada penyelamatan $30 miliar minggu lalu.

Ketidakstabilan di sektor keuangan AS sepanjang pekan lalu telah membuat pelaku pasar merubah pandangannya, dari sebelumnya memperkirakan The Fed akan kembali agresif, berubah menjadi lebih melunak.

Pasar kini hanya memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), dari sebelumnya sebesar 50 bp.

Berdasarkan data CME Group terbaru, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 24% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Sementara itu, UBS pada Minggu lalu sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340). Setelah penyelamatan darurat, bank gabungan tersebut akan memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun.

Namun, saham Credit Suisse masih anjlok 56% pada Senin kemarin, sedangkan saham UBS naik dari kerugian menjadi keuntungan 1,3%.

Menyusul upaya akuisisi Credit Suisse tersebut, The Fed, bank sentral Eropa (ECB), dan bank sentral utama lainnya seperti bank sentral Inggris (BoE), bank sentral Jepang (BoJ), bank sentral Kanada (BoC), dan bank sentral Swiss (SNB) berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular