
IHSG Ambruk Lagi, Seluruh Sektor Saham Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I Senin (20/3/23) berakhir di 6.624,10 atau turun drastis 0,81% secara harian.
Sebanyak 330 saham melemah, 186 saham menguat sementara 184 lainnya mendatar alias tidak berubah. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,1 triliun dengan melibatkan 11,61 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 805 ribu kali.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, hampir seluruh sektor berada di zona merah alias melemah. Sektor teknologi, dan utilitas menjadi sektor yang paling merugikan indeks, masing-masing turun 1,67% dan 1,59%. Hanya sektor real estate yang terpantau naik tipis 0,03%.
Pada sesi I kali ini, PT. GojekTokopedia terpantau menjadi pemberat utama IHSG dengan 15,08 indeks poin. Berikutnya, Bank Rakyat Indonesia dan Telkom Indonesia juga menjadi beban dengan penurunan sebesar 6 indeks poin. Bayan Resources dan United Tractors yang merupakan saham-saham emiten tambang membebani IHSG masing-masing 4,81 dan 3,33 indeks poin.
Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) hingga hari ini masih menjadi perhatian pasar. Para investor akan terus memantau apakah kasus First Republic Bank akan menjadi kasus terakhir atau masih akan ada "korban" baru, meskipun sebelumnya ada kabar baik bahwa 11 bank di AS berniat membantu First Republic Bank agar dampak krisis tidak semakin meluas.
Selain itu, perhatian pasar global tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Selasa hingga Rabu pekan ini waktu setempat.
Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank di AS lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya yang juga bisa menguntungkan bagi rupiah.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
Ekspektasi tersebut berbalik dengan cepat pasca kolapsnya SVB, sebelumnya pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.
Meskipun optimisme pasar melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sembari juga perlu melihat kondisi perbankan di AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat