CNBC Insight

Jurus Unilever Buat Orang RI Kenal Sabun, Jadi Wangi & Bersih

Market - MFakhriansyah, CNBC Indonesia
17 March 2023 12:35
Unilever Indonesia Foto: Dok Unilever Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 1885, perusahaan asal Inggris, yakni Lever & Co, membuat produk sabun dari kopra dan minyak kacang pinus. Sabun tersebut diproduksi di daerah Port Sunlight. Karenanya produk sabun itu dinamai Sunlight, yang menurut BBC adalah sabun kemasan pertama di dunia.

Keberhasilan menjual sabun di Inggris mendorong Lever & Co untuk berdagang di Indonesia (saat itu bernama Hindia Belanda) pada 1900-an. Namun, ada satu masalah, yakni pangsa pasar sabun di Indonesia sangat kecil. Hanya sedikit orang pribumi yang memakai sabun untuk mandi dan mencuci. Kebanyakan sabun dipakai oleh keluarga menir Belanda atau bangsawan saja. 

Hal ini tidak membuat pihak Lever & Co gentar dan bersikeras menjual sabun ke Indonesia. Hingga akhirnya sekitar 1910-an, Sunlight muncul di Indonesia. Salah satu buktinya terlihat pada iklan Sunlight di koran Bintang Soerabaia (9 Januari 1918). Iklan tersebut berisi pesan promosi kepada ibu-ibu Indonesia supaya membeli Sunlight agar tugasnya bisa lebih ringan karena baju bakal cepat bersih dan wangi. 

Menurut Kees van Dijk dalam Cleanliness and Culture (2011), kemunculan Sunlight sukses mengubah pandangan orang Indonesia tentang kebersihan. Mereka jadi sadar kalau kebersihan itu penting. Sejak itu, upaya membuat pabrik Sunlight di Indonesia pun muncul.

Menurut J.T. Lindblad dalam buku Colonial Exploitation and Economic Development (2013), perusahaan asal Inggris itu mengutus Charles Tatlows ke Indonesia untuk menemui Gubernur Jenderal di Istana Bogor pada 1928 dan 1932. Tujuannya agar pabrik sabun Sunlight berdiri di Indonesia.

Di tengah perjalanan melobi itu, Lever & Co melakukan merger dengan perusahaan asal Belanda, Margarine Unie. Hasil merger itu melahirkan cikal bakal konglomerasi besar bernama Unilever pada 1930.

Karena sudah merger, urusan ekspor dan pendirian pabrik Sunlight itu dikendalikan Unilever. Menurut catatan Hans W. Wamsteker dalam 60 Years Unilever in Indonesia, 1933-1993 (1993), pada 29 November 1933 dua orang Unilever datang menemui Gubernur Jenderal di Istana Bogor khusus untuk membicarakan pendirian pabrik sabun di Batavia. 

Singkat cerita, Gubernur Jenderal merestui. Kemudian, pabrik itu berdiri di daerah Angke, Jakarta Utara, pada 15 Desember 1934.  Dari situlah, sabun Sunlight pertama kali diproduksi di Indonesia. Namanya kemudian dikenal sebagai Sunlight Zeep dan Tjap Tangan. Bentuk sabunnya adalah batangan. 

Untuk memasarkan ini, Unilever masif memasang iklan di berbagai surat kabar. Dengan slogan "Sabun murah" dan satu-satunya pemain di pasaran, masyarakat akhirnya berbondong-bondong membeli Sunlight. Unilever pun tertimpa durian runtuh. 

Sabun itu ada yang dipakai untuk mencuci baju, ada pula yang memakainya untuk mandi. Berkat upaya Unilever ini masyarakat Indonesia jadi kenal dengan sabun modern.

Sunlight kemudian jadi 'raja' sabun cuci se-Indonesia. Bahkan, produknya sudah menjadi kata ganti orang-orang untuk menyebut sabun cuci. Tiap kali mengatakan "sabun cuci" pasti orang berpikir itu adalah Sunlight. Kini, Sunlight sudah berbentuk sabun cair dan hanya digunakan untuk mencuci piring dan alat makan. Meski begitu, produk kebersihan di sektor lain pun tetap saja dikendalikan oleh Unilever.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Laba Bersih Unilever Tembus Rp 4,6 Triliun, Ini 5 Faktornya!


(mfa/mfa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading