Bursa Asia Dibuka Bergairah, IHSG Bisa Tancap Gas Gak Nih?

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 March 2023 08:47
A man uses a mobile phone next to an electronic board showing Japan's Nikkei average outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 12, 2018.   REUTERS/Toru Hanai Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Jumat (17/3/2023), di tengah mulai berkurangnya kekhawatiran pasar setelah bank-bank besar di Amerika Serikat (AS) dan Eropa berencana menyelamatkan bank-bank yang sebelumnya terkena krisis.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,7%, Hang Seng Hong Kong melesat 1,02%, Shanghai Composite China bertambah 0,61%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,47%, ASX 200 Australia naik 0,16%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,05%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah bangkitnya kembali bursa saham AS, Wall Street kemarin, karena bank-bank besar berupaya untuk menyelamatkan First Republic Bank yang baru terkena dampak dari krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank sebelumnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,17%, S&P 500 melonjak 1,76%, dan Nasdaq Composite melejit 2,48%.

Dampak krisis SVB tidak hanya berimbas ke Signature Bank, Silvergate Bank, dan Credit Suisse saja, melainkan bertambah yakni ke First Republic Bank.

Saham First Republic terpukul dalam beberapa hari terakhir, dipicu oleh ambruknya SVB Jumat pekan lalu dan Signature Bank pada akhir pekan lalu. Para deposan di First Republic Bank juga akan menarik uang mereka imbas dari krisis yang berawal dari SVB.

Namun, 11 bank di AS ingin menyelamatkan First Republic Bank agar risiko penularan dari krisis SVB tidak berlanjut meluas.

11 bank sepakat untuk menyetor dana senilai US$ 30 atau sekitar Rp 462 triliun (kurs Rp 15.400) ke First Republic Bank untuk menghindarkan bank tersebut dari kebangkrutan.

Adapun 11 bank tersebut yakni Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan JPMorgan Chase yang masing-masing akan menyumbang sekitar US$ 5 miliar, sementara Goldman Sachs dan Morgan Stanley akan menyetor sekitar US$ 2,5 miliar. Kemudian Truist, PNC, US Bancorp, State Street, dan Bank of New York Mellon masing-masing akan menyetor sekitar US$ 1 miliar.

"Tindakan yang dilakukan bank-bank Amerika mencerminkan kepercayaan mereka pada First Republic Bank dan bank-bank dengan size yang sama. Tindakan tersebut juga menunjukkan komitmen penuh untuk menolong bank-bank yang melayani nasabah dan komunitas," tulis grup tersebut, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, First Republic Bank dikhawatirkan menjadi 'next' SVB setelah sahamnya terus jeblok. Seperti SVB, First Republic Bank menghadapi penarikan dana besar-besaran karena anjloknya kepercayaan nasabah.

Aset First Republic Bank diperkirakan menyentuh US$ 200 miliar. Namun, sekitar 68% aset simpanan mereka tidak dijamin Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) karena di atas US$ 250.000.

Pada Minggu lalu, mereka mengatakan memiliki likuiditas sebesar US$ 70 miliar, tetapi likuiditas tidak akan cukup untuk menghadapi guncangan di pasar saham serta penarikan besar-besaran dana nasabah.

Saham First Republic Bank berhasil melesat 9,98% kemarin. Saham sempat jeblok di hampir periode 6-15 Maret 2023 di mana penguatan terlemah terjadi pada Senin pekan ini yakni 61,8%.

Menanggapi 11 bank yang menyelamatkan First Republic Bank, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Departemen Keuangan AS, dan FDIC mengatakan langkah bank-bank tersebut sangat positif.

"Apa yang dilakukan grup ini dukungan penuh dan kami sangat menyambut positif langkah mereka. Tindakan tersebut juga menunjukkan bahwa sistem perbankan masih tangguh," tulis pernyataan lembaga tersebut.

Sementara itu di Eropa, Credit Suisse akan menggunakan fasilitas kredit sebesar US$ 54 miliar dari Bank Sentral Swiss (SNB) untuk meningkatkan likuiditasnya.

Di lain sisi, data tenaga kerja Negeri Paman Sam cenderung masih cukup kuat, di mana jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.

Jumlah tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 205.000. Berkurangnya klaim pengangguran menunjukkan masih kencangnya ekonomi AS sehingga inflasi bisa saja kembali naik.

Data klaim pengangguran AS akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga acuannya pekan depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Kode Keras Buat IHSG, Bursa Asia Melesat!


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading