Analisis Teknikal

Tunggu Keputusan Suku Bunga, IHSG Berpeluang Rebound

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 16/03/2023 08:15 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan berakhir di 6.628,13 atau terkoreksi 0,21% secara harian pada penutupan perdagangan sesi II Rabu (15/3/2023).

Terdapat 320 saham turun, sebanyak 232 saham naik dan 195 lainnya stagnan alias tidak berubah. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 12,67 triliun dengan melibatkan 17,35 miliar saham.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, delapan dari total sektor melemah dengan sektor utilitas memimpin pelemahan sebesar 2,58%. Hanya sektor real estate dan finansial yang menguat masing-masing sebesar 0,64% dan 0,01%.


Pada Rabu, IHSG bergerak fluktuatif dimana indeks dibuka menguat namun secara berkala turun hingga ditutup koreksi. Perdagangan sore ini sekaligus melanjutkan penurunan perdagangan sebelumnya.

Sebagai catatan, Selasa (14/3/23) IHSG ditutup turun tajam 2,14%. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi semakin lebar menjadi 2,19%. Lalu, sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 3,25% (year to date).

Kembali lesunya ekuitas Tanah Air tak lepas dari pelemahan mayoritas saham-saham besar.

Semen Indonesia longsor 6,08% atau setara 3,08 indeks poin, membebani IHSG paling besar. Disusul Indocement Tunggal Prakarsa yang turun tajam 6,82% dan Indofood CBP Sukses Makmur merosot 3,37%. Berikutnya, Sarana Menara Nusantara melorot 3,66% sementara Perusahaan Gas Negara tenggelam 4,08%.

Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (15/3) sekitar pukul 11.00 WIB, mencatat, neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus pada Februari 2023. Surplus tercatat sebesar US$5,48 miliar. Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar.

Surplus tersebut tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$ 3,87 miliar.

Angka surplus ini berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga. Konsensus ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.

Surplus Februari ini sekaligus memantapkan rekor surplus 34 bulan beruntun sejak Mei 2021.

Sektor keuangan pada bursa saham Indonesia yang ambles pada perdagangan Selasa kemarin juga rebound pada Rabu. Pemerintah maupun OJK sudah memastikan bahwa sistem perbankan nasional kuat meski ada krisis SVB dan Signature Bank di AS.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa bank dengan skala apapun bisa menimbulkan gelombang kepanikan yang berujung krisis.

Hari ini, investor pasar saham Indonesia akan menyimak keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada pukul 14.30 WIB.

BI diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan pada bulan ini setelah huru-hara yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

BI sendiri menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Rabu dan Kamis (15-16 Maret 2023).

Konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiamemproyeksi bank sentral akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Ini terjadi seiring kolapsnya dua bank AS, Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3) dan Signature Bank (12/3), yang membuat investor ragu bank sentral AS, The Fed, akan menaikkan suku bunga pada rapat bulan ini.

Ditahannya suku bunga berpotensi menjadi katalis positif untuk pasar saham domestik hari ini, kendati situasi di AS masih akan kembali menghantui pelaku pasar.

Analisis Teknikal

Foto: Teknikal
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu hari (daily) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Rabu, IHSG menembus support 6.681 dan pita bawah BB (6.669) dan membentuk pola inverted hammer yang bisa menjadi indikasi pembalikan arah jangka pendek.

Support selanjutnya untuk IHSG berada di level psikologis 6.600.

Secara umum, IHSG memang sedang dalam tren bearish.

IHSG sudah turun 9,2% dari level harian tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada 13 September 2022 di 7.318.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI juga masihg berada di area jenuh jual, yakni 28,63.

Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD masih berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Sedangkan, histogram MACD terus membentuk bar negatif.

Dengan sejumlah indikator di atas, dan IHSG yang cenderung volatil akhir-akhir ini, indeks berpotensi kembali bergerak mixed dan rebound terbatas dengan resistance terdekat di 6.681.

Adapun, level support terdekat untuk IHSG berada di level psikologis 6.600.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat