Duh! Para Bos SVB Ketahuan Jual Saham Rp1,29 T Sejak 2021

Market - Tri Putra, CNBC Indonesia
15 March 2023 17:25
Customers wait in line outside a branch of the Silicon Valley Bank in Wellesley, Massachusetts, U.S., March 13, 2023.     REUTERS/Brian Snyder     TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/BRIAN SNYDER

Jakarta, CNBC Indonesia - Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) membuka persoalan soal insider trading (perdagangan orang dalam) di kalangan eksekutif bank asal California, Amerika Serikat (AS) tersebut.

Melansir CNBC International, Selasa (14/3), CEO SVB Greg Becker menjual saham miliknya hampir US$30 juta atau setara dengan Rp460,50 miliar (asumsi kurs Rp15.350/US$) dalam kurun 2 tahun belakangan.

Rinciannya, pada 2021 Becker melego US$25,9 juta (Rp397,56 miliar). Kemudian, pada 27 Februari 2023, atau beberapa hari sebelum bank mengumumkan kerugian besar, dia menjual lagi saham sebesar US$3,6 juta (Rp55,26 miliar).

Menurut data Smart Insider yang dikutip CNBC International, Becker menjual saham SVB di rentang US$287/saham hingga US$598/saham.

Di samping melego saham, Becker juga membeli option (opsi) di harga pelaksanaan yang lebih rendah. Ini dilakukan demi mempertahankan porsi kepemilikan sahamnya.
Selain sang CEO, kalangan C-suite SVB lainnya, termasuk Chief Marketing Officer (CMO) Michelle Draper, Chief Financial Offifer (CFO) Daniel Beck, dan Chief Operating Officer (COO) Philip Cox, juga menjual saham senilai jutaan dolar AS sejak 2021.

Secara total, mengutip Smart Insider, eksekutif dan direktur SVB telah melego saham senilai US$84 juta (Rp1,29 triliun) selama 2 tahun terakhir.

Sontak, aksi jual saham oleh manajemen SVB tersebut menuai kritik. Rep. Ro Khanna, dari partai Demokrat California, misalnya, mendesak Becker seharusnya mengembalikan uang penjualan saham ke deposan.

"Saya telah mengatakan, harus ada clawback [pengembalian] uang itu," cuit Khanna, Senin (13/3).

"Apa pun motifnya, dan kita akan mencari tahu, uang senilai US$3,6 juta itu harus diberikan kepada deposan," imbuh dia.

Sejatinya, penjualan saham ala Becker tersebut merupakan bagian dari program terjadwal, yang dikenal dengan istilah 10b5-1 plan, yang diajukan pada 26 Januari, berdasarkan data pengajuan Securities and Exchange Commission (SEC) atau OJK-nya AS.

Informasi saja, 10b-51 plan memungkinkan seseorang untuk lebih dulu menjadwalkan penjualan saham demi mengurangi kekhawatiran atas perdagangan saham karena adanya informasi orang dalam.

Hanya saja Ketua SEC Gary Gensler menyebut, skema tersebut seringkali disalahgunakan: seseorang kadang langsung menjual tepat usai mengajukan rencana, membuat rencana jual saling tumpang tindih, dll.

Seiring dengan itu, SEC membuat aturan baru, yang efektif sejak 27 Februari 2023 dan berlaku untuk setiap rencana atau plan yang diajukan per 1 April mendatang.
Aturan tersebut mencakup lebih banyak pengungkapan, transparansi, dan jadwal waktu untuk penjualan terjadwal. Selain itu, aturan ini juga memberlakukan "periode pendinginan" (cooling off period) selama 90 hari antara tanggal pengajuan dan penjualan saham pertama kali.

Dengan demikian, di bawah aturan baru, penjualan saham Becker di muka, yang dilakukan hanya sebulan usai pengajuan plan, tidak bakal diizinkan oleh otoritas.

Selain perkara penjualan saham, Becker dan para eksekutif SVB lainnya juga banjir kritikan lantaran menerima bonus tahunan pada Jumat pekan lalu, hanya beberapa jam sebelum regulator resmi menutup bank tersebut.

Pada Senin pekan ini, pemerintah AS memutuskan untuk melindungi dana deposan di SVB dan bank kripto Signature Bank yang juga kolaps.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Dua Bank Aset Jumbo Kolaps, Biden: Sistem Perbankan Aman


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading