Analisis Teknikal

Neraca Dagang Surplus Lagi, IHSG Malah Berpotensi Merah

Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 15/03/2023 13:12 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menyentuh level 6.709 di pagi hari, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkikis hingga ditutup naik tipis 0,01% pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (15/3/23).

Perdagangan menunjukkan sebanyak 229 saham menguat, 276 saham turun sementara 226 lainnya mendatar.

Hingga paruh hari, perdagangan mencatatkan sebanyak 11,9 miliar saham terlibat dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 8,14 miliar.


Selama sesi I, setengah dari total sektor di Bursa Efek Indonesia menguat dengan sektor real estate memimpin penguatan sebesar 0,71%.

Adapun pendorong kenaikan IHSG mayoritas berasal dari saham-saham perbankan. Bank Mandiri menopang IHSG sebesar 3,53 indeks poin disusul Bank Rakyat Indonesia dengan 2,54 indeks poin.

Di posisi ketiga Sumber Alfaria Trijaya dengan 2,41 indeks poin. Bank Negara Indonesia dan Berdikari Pondasi Perkasa juga turut menopang IHSG masing-masing 1,8 indeks poin.

Pasar keuangan Tanah Air hari ini diperkirakan akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sentimen utama dari luar negeri adalah meredanya gejolak di bursa Wall Street dan data inflasi AS yang melandai.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri yang menopang pasar hari ini adalah soal rilis data neraca dagang RI.

Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (15/3) sekitar pukul 11.00 WIB, mencatat, neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus pada Februari 2023. Surplus tercatat sebesar US$5,48 miliar. Surplus ini disebabkan ekspor yang lebih tinggi yakni US$ 21.40 miliar, sementara itu impor hanya US$ 15,92 miliar.

Surplus tersebut tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$ 3,87 miliar.

Angka surplus ini berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga. Konsensus ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.

Surplus Februari ini sekaligus memantapkan rekor surplus 34 bulan beruntun sejak Mei 2021.

Sektor keuangan pada bursa saham Indonesia yang ambles pada perdagangan Selasa kemarin juga rebound pada hari ini. Pemerintah maupun OJK sudah memastikan bahwa sistem perbankan nasional kuat meski ada krisis SVB dan Signature Bank di AS.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa bank dengan skala apapun bisa menimbulkan gelombang kepanikan yang berujung krisis.

Inflasi AS yang melandai menjadi 6% pada Februari 2023 diperkirakan akan membuat The Fed melunak. Inflasi yang masih jauh dari target The Fed di kisaran 2% ini akan menjadi modal positif bagi pergerakan pasar hari ini.

Pasar kini berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan depan. Namun, dengan inflasi yang melandai dan krisis SVB, agresivitas The Fed diproyeksi berkurang.

Analisis Teknikal

Foto: Refinitiv
Teknikal IHSG



IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator pivot point untuk mencari resistance dan support terdekat.

IHSG berhasil rebound ke 6.709 di awal perdagangan dari penurunan 2,14% kemarin, sebelum penguatannya terkikis dan membentuk candle 3 candle merah hingga penutupan sesi I hari ini.

Terlihat dalam grafik, usai gagal menembus resistance terdekat di level 6.710 di pagi hari, indeks melorot dan menembus support terdekat 6.654.

Dengan demikian, support selanjutnya untuk IHSG ada di level psikologis 6.600.

Sejak menembus rekor, IHSG memang sedang dalam tren bearish. IHSG sudah turun 9,2% dari level harian tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) pada 13 September 2022 di 7.318.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI juga masih berada di area jenuh jual, yakni 30,02.

Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Sedangkan, histogram MACD terus membentuk bar negatif.

Di sesi II, IHSG akan bergerak mixed dan tidak menutup kemungkinan berakhir di zona merah seiring RSI yang masih di area jenuh jual dengan support terdekat di level psikologis 6.600.

Adapun, resistance terdekat untuk IHSG di 6.654 dan 6.700.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat