
Harga Minyak Dunia Bangkit, Ada Campur Tangan China dan AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak menguat pada perdagangan hari ini. Pemulihan permintaan China dan dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah memberikan dukungan ke pasar di tengah ketidakpastian prospek kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut .
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Senin (13/3/2023) pukul 11.50 WIB harga minyak mentah Brent tercatat US$83,02 per barel, naik 0,3% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.
Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,3% ke US$76,92 per barel.
"Ini seperti pertempuran data aktivitas yang melonjak di Timur bertemu dengan malaise makro di Barat", kata Stephen Innes, mitra pengelola SPI Asset Management, dikutip dari Reuters, mengomentari pendorong sentimen yang bersaing di pasar minyak mentah.
"Dari perspektif pedagang minyak, dolar AS harus mundur karena para pedagang menyerah pada percepatan kembali kenaikan Fed; ini, pada gilirannya, membuka jalan bagi fundamental China yang lebih kuat untuk mendominasi perdagangan komoditas," tambah Innes.
Komentar pada hari Minggu dari CEO Saudi Aramco Amin Nasser tentang permintaan minyak mentah dari China juga memberikan beberapa dukungan.
"Jika Anda mempertimbangkan China membuka dan mengambil bahan bakar jet dan kapasitas cadangan yang sangat terbatas, kita berbicara tentang 2 juta barel, jadi seperti yang saya katakan kami sangat optimis dalam jangka pendek hingga menengah dan pasar akan tetap seimbang," ucap Innes.
Di sisi lain, Kegagalan Silicon Valley Bank dan Signature Bank yang berbasis di New York dan kekhawatiran tentang kemungkinan penularan menyebabkan aksi jual aset AS pada akhir pekan lalu, yang juga menekan dolar dan membantu harga minyak mentah dunia bangkit dari keterpurukan pekan lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article SVB Effect, Harga Minyak Mentah Tumbang 1%