
Saham Bank Loyo, Efek Silicon Valley Bank Bangkrut?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank KBMI 2 hingga KBMI terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Senin (13/3/2023), karena sedikit terbebani oleh jatuhnya saham-saham perbankan di Amerika Serikat (AS) maupun global.
Dari 17 saham bank umum tersebut, 13 saham terkoreksi, dua saham stagnan, dan dua saham menguat. Dari 13 saham yang terkoreksi, enam saham sudah terkoreksi lebih dari 1% dan tujuh terkoreksi kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham bank umum dan syariah KBMI 2-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.395 | -4,45% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.250 | -1,96% |
Bank KB Bukopin | BBKP | 109 | -1,80% |
Bank BTPN Syariah | BTPS | 2.180 | -1,80% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.750 | -1,79% |
Bank Mega | MEGA | 5.275 | -1,40% |
Bank OCBC NISP | NISP | 760 | -0,65% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.555 | -0,64% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.790 | -0,62% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 8.975 | -0,55% |
Bank Permata | BNLI | 985 | -0,51% |
Bank Mandiri | BMRI | 10.325 | -0,48% |
Bank BTPN | BTPN | 2.460 | -0,40% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 236 | 0,00% |
Bank Panin Dubai Syariah | PNBS | 64 | 0,00% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.225 | 0,41% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.500 | 0,59% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:30 WIB, saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) memimpin koreksi saham bank yakni ambles 4,45% ke posisi harga Rp 1.395/unit.
Selanjutnya ada saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang ambrol 1,96% ke Rp 1.250/unit.
Adapun untuk empat saham berkapitalisasi pasar 'jumbo' atau big four secara mayoritas juga terkoreksi, tetapi koreksinya kurang dari 1%.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 0,62% ke Rp 4.790/unit, sedangkan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 0,55% ke Rp 8.975/unit, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpangkas 0,48% ke Rp 10.325/unit.
Namun, untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau menguat 0,59% menjadi Rp 8.500/unit.
Koreksinya mayoritas saham perbankan terjadi di tengah lesunya saham-saham perbankan di global, setelah adanya krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).
Kolapsnya SVB membuat pelaku pasar kembali mengingat krisis yang terjadi pada 2008-2009, karena hal tersebut bisa dapat terjadi kembali pada tahun ini.
Namun, ada kecenderungan bahwa perbankan di RI masih cukup kuat untuk menahan sentimen negatif karena didukung oleh kinerjanya yang cenderung positif, meski perbankan global sedang lesu.
Selain karena krisis yang terjadi di SVB, investor yang masih cenderung wait and see juga menjadi penyebab saham-saham bank di RI cenderung lesu.
Investor menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada Kamis pekan ini. Adapun RDG BI tersebut akan dilaksanakan mulai Rabu hingga Kamis pekan ini. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%.
Selain BI, investor juga menanti rilis data ekonomi penting di global, terutama di AS. Adapun data ekonomi penting dari AS yang akan dirilis pada pekan ini yakni data inflasi periode Februari 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat