8.334 Nasabah Wanaartha Daftar Likuidasi, Hari Ini Tutup
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran polis untuk program likuidasi Wanaartha. Per Jumat, (10/3/2023), tercatat 8.334 pemegang polis sudah mendaftarkan diri.
Ketua tim likuidasi Wanaartha Havardhy Muhammad Iqbal melaporkan, Jumlah nasabah wanaartha yang telah mengajukan tagihan per tanggal 9 Maret 2023 adalah 8.210 pemegang polis.
Dari delapan ribuan nasabah tersebut, terkumpul setidaknya 17.417 lembar polis. Meski begitu, tim likuidasi belum bisa memberi informasi soal total tagihan yang yang harus dibayarkan.
"Nominalnya belum bisa dihitung," ungkap Harvardy ketika dikonfirmasi pada Jumat, (10/3/2023).
Sedangkan menurut Freddy Handojo, Nasabah Wanaartha yang termasuk dalam Team Observer Likuidasi, nasabah yg mendaftar per Jumat, (10/3/2023) berjumlah 124 nasabah. Dengan begitu, sudah ada 8.334 pemegang polis yang menanti pembayaran klaimnya h-1 sebelum pendaftaran ditutup.
"Besok, Sabtu (11/3/2023), hari terakhir pendaftaran. Pengambilan nomor antrian
dimulai jam 08.30 WIB. Mohon diingat," ucap Freddy.
Pendaftaran likuidasi berlangsung di Menara Global, Lantai 7, Jl. Gatot Subroto, Kavling 27, Jakarta. Pemegang polis diimbau membawa berkas sesuai pada persyaratan yang tertera.
Sebelumnya, Diketahui, perusahaan milik Keluarga Pietruschka ini mengalami gagal bayar Rp 15 triliun. Uang sebesar itu juga tidak jelas kemana.
Pasalnya, pemegang saham mayoritas Wanaartha, Evelina F. Pietruschka, Manfred F. Pietruschka, Rezananta F. Pietruschka sampai saat ini dalam status DPO (Daftar Pencarian Orang).
Aparat penegak hukum pun berupaya menelusuri kemana larinya duit nasabah Wanaartha. Bareskrim Polri sedang mengejar aset senilai Rp 1,4 triliun yang dimiliki oleh anak bungsu pemilik Wanaartha.
Kepala Sub Direktorat Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Bareskrim Polri Kombes Pol Ma'mun mengungkapkan, saat ini anak bungsu salah satu pemilik Wanaartha Life sedang berada di luar negeri karena memiliki rekening senilai Rp 1,4 triliun. Saat ini diduga pelaku sedang ada di Amerika Serikat (AS).
(Mentari Puspadini/ayh)