
RI Demam Baterai Listrik, Raksasa Nikel Ini Mau IPO Rp 9 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat tambang nikel RI, Harita Group, melaui anak usahanya Trimegah Bangun Persada (TBP) berencana melepas sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui penawaran saham perdana (IPO) untuk anak perusahaannya.
Dilaporkan oleh Finansial Times, perusahaan Harita Group yang memiliki proyek besar di Maluku Utara, akan mengadakan roadshow minggu ini dan berharap dapat mengumpulkan setidaknya US$ 600 juta (Rp 9 triliun) sebelum pembukuan pada bulan Maret.
Pencatatan publik perusahaan tambang nikel menjadi bagian dari ujian penting antusiasme investor terhadap ambisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global.
Sebelumnya kontraktor nikel Hillcon (HILL) juga telah melangsungkan IPO tahun ini.
Melambungnya industri nikel Tanah Air terjadi setelah Presiden Jokowi melarang ekspor nikel mentah untuk mendorong lebih banyak perusahaan smelter membangun pabrik domestik untuk memprosesnya, termasuk untuk keperluan baterai. Hilirasi sektor nikel telah membantu meningkatkan nilai ekspor produk nikel negara tersebut menjadi hampir US$ 30 miliar tahun lalu, lebih dari sepuluh kali lipat nilai satu dekade lalu.
Sebelumnya, partner bisnis Harita dalam mengelola Nikel di Indonesia telah lebih dulu melaksanakan IPO di bursa Hong Kong. Lygend Resources & Technology sukses mencatakan sahamnya di bursa Hong Kong dan menempatkan Indonesia pada titik sentral ekspansi masif perusahaan.
Kala itu Lygend menyebut akan menggunakan 56,4% dana IPO untuk pengembangan dan pembangunan proyek produksi nikel di Pulau Obi Indonesia. Kemudian 24% dana IPO akan digunakan untuk modal tambahan di Contemporary Brunp Lygend (CBL), perusahaan patungan bersama Contemporary Amperex Technology (CATL).
Dalam prospektus IPO, Lygend juga menyebut PT Trimegah Bangun Persada (TBP) sebagai partner utama bisnis yang dijalankan di Indonesia yang terutama di bidang pertambangan dan produksi nikel.
Bersama TBP, Lygend telah membentuk enam entitas patungan untuk operasi bisnis kami di Pulau Obi, termasuk PT Halmahera Persada Lygend (HPL), PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), PT Obi Nickel Cobalt (ONC), PT Karunia Permai Sentosa (KPS), PT Dharma Cipta Mulia (DCM) dan PT Obi Stainless Steel (OSS).
Salah satu perusahaan patungan Lygend dan TBP utama yakni Halmahera Persada Lygend (HPL) telah mengoperasikan smelter dengan bahan baku utama nikel kadar rendah.
Mengutip website resmi perusahaan, HPL mengklaim menjadi pionir penghasil bahan baku baterai mobil listrik di Indonesia dengan wilayah operasionalnya berada di Kawasan Industri Pulau Obi dan resmi beroperasi pada 23 Juni 2021. Proyek tersebut juga disebut menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional di Pulau Obi.
Total nilai investasi di smelter nikel dengan motede High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini disebut mencapai Rp 15 triliun dan menggunakan limonit (kadar nikel <1,5%) yang bersumber dari penambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Produksi Trimegah Bangun Persada (TBP).
PT Trimegah Bangun Persada sendiri dikendalikan oleh PT Harita Guna Dharma Bhakti (Harita Group). Sementara Harita Group dikendalikan oleh anggota keluarga dari pemilik manfaat terakhir (ultimate beneficial owner) Feng Yi Pte Ltd, pemegang saham utama Lygend.
Feng Yi adalah perseroan terbatas yang didirikan di Singapura pada 14 Juni 2021 dan merupakan perusahaan induk investasi. Feng Yi adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Oakswood Group Ltd., sebuah perusahaan induk investasi yang hanya dimiliki oleh Ms. Lim Shu Hua, Chery.
(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harita Milik Orang Terkaya RI Mau IPO, Nilainya Fantastis