
Inflasi China Jadi Perhatian Pasar, Bursa Asia Dibuka Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau menguat pada perdagangan Kamis (9/3/2023), jelang rilis data inflasi China periode Februari 2023.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,72%, Hang Seng Hong Kong naik 0,11%, Shanghai Composite China naik tipis 0,08%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,19%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura turun tipis 0,03% dan ASX 200 Australia juga turun tipis 0,02%.
Dari China, inflasi pada Februari lalu diperkirakan naik menjadi 2,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi China pada bulan lalu diprediksi turun menjadi 0,6%.
Angka yang lebih rendah akan meredakan kekhawatiran investor bahwa kenaikan harga di China dari ekonomi yang dibuka kembali akan memiliki efek limpahan ke pasar global, menyebabkan bank sentral di seluruh dunia terus menaikkan suku bunga lebih jauh.
Sementara itu dari Jepang, Gubernur bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), Haruhiko Kuroda akan melakukan pertemuan terakhirnya dengan para kolega pada hari ini hingga besok.
Menguatnya mayoritas bursa Asia-Pasifik terjadi di tengah bervariasinya pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,18%, Namun untuk indeks S&P500 dan NASDAQ Composite terpantau menghijau. S&P 500 naik 0,14%, sedangkan NASDAQ menguat 0,4%.
Investor di AS masih mencerna terkait komentar dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell yang mengisyaratkan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama menjadi pemicunya.
Di lain sisi, data pasar kerja baru memicu kekhawatiran investor bahwa kenaikan suku bunga yang lebih besar mungkin akan terjadi.
Data menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan turun kurang dari yang diharapkan pada bulan Januari, sementara laporan penggajian swasta Februari yang lebih kuat dari perkiraan menegaskan bahwa ekonomi tetap kuat meskipun kenaikan bank sentral. Temuan ini mendahului data pekerjaan Februari pada Jumat setelah angka blockbuster Januari.
Sementara itu, pasca kesaksian Senat di depan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu kemarin, Powell memperingatkan anggota parlemen bahwa tingkat terminal bank sentral kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya karena data ekonomi yang sangat tinggi.
Artinya ketika data ekonomi yang lebih kuat, maka "tingkat akhir suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya."
Sementara Powell menekankan selama kesaksiannya bahwa belum ada keputusan yang dibuat tentang pertemuan bulan Maret mendatang,
Namun para investor sepertinya bakal bertaruh pada kenaikan yang lebih besar dari perkiraan. menurut alat FedWatch CME Group memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga berada pada 50 basis poin.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu yang membawa suku bunga pinjaman semalam ke kisaran target 4,5%-4,75%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
