
Sempat Nanjak, IHSG Malah Rawan Longsor di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan ditutup naik tipis 0,02% ke 6.815,31 pada sesi I, Senin (6/3/2023) setelah sempat melesat ke 6.856 di awal perdagangan.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi harian bursa mencapai Rp4,02 triliun dan volume perdagangan 8,93 miliar saham.
Sebanyak 306 saham melemah, hanya sebanyak 192 saham naik, dan 228 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan nilai transaksi terbesar hingga tengah hari ini, mencapai Rp396,9 miliar. Namun, harga sahamnya terkoreksi 0,29% ke Rp8.450/saham.
Menurut data Refinitiv, saham BBCA pun menjadi pemberat langkah IHSG dengan menyumbang -1,77 poin indeks, bersama tiga saham batu bara lainnya, seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dengan -8,67 poin indeks, Adaro (ADRO) dengan poin indeks -2,65, dan Bumi Resources (BUMI) yang berkontribusi minus 1,68 terhadap IHSG.
Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi pengumuman beberapa data ekonomi, di antaranya ketegangan antara suku bunga dan harga saham karena investor mencerna indikasi sikap The Fed yang masih hawkish beberapa bulan ke depan.
Investor juga harus memperhatikan kondisi ekonomi China dan AS yang merupakan partner dagang utama Indonesia.
Meskipun China tumbuh lambat pada 2020, ekonominya mampu 'mengaum' dan mencatatkan peningkatan tajam selama 2 bulan beruntun, yang mengisyaratkan bahwa ekonomi China akan bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan setelah sempat terseret akibat pembatasan ketat Covid-19.
Sementara itu, AS memiliki data ekonomi yang masih menunjukkan kekuatan, namun kabar baik ini menjadi kabar buruk di masa akan datang karena akan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan menjaganya tetap tinggi demi meredam inflasi.
Pekan ini juga akan ada rilis data ekonomi penting dari dalam negeri dan luar negeri yang dapat mempengaruhi sentimen pasar.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Secara umum, IHSG masih dalam fase sideways atau konsolidasi akhir-akhir ini. Karenanya, IHSG cenderung bergerak dalam rentang yang sempit.
IHSG dibuka dengan dengan du candle merah dan gagal menembus resistance berupa area Fibonacci 38,2% (6.851) dan malah menembus area Fibo 23,6% (6.824).
Setelah itu, IHSG membentuk candle hijau usai tertahan di atas support berupa pita bawah BB (6.803). Namun, candle hijau yang terbentuk berupa doji yang mengindikasikan keraguan investor.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI juga ditutup naik tipis ke 39,32, masih berada di dekat area oversold.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD masih berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan yang melebar. Adapun, histogram MACD juga masih membentuk bar negatif.
Di sesi II nanti, pergerakan IHSG masih akan kembali mixed, apalagi BYAN yang menjadi pemberat di sesi II bergerak liar.
Karena itu, akan mencoba menguji resistance terdekat di 6.824 (area Fibo 23,6%) sebelum menentukan arah selanjutnya.
Sementara, level support terdekat berupa pita bawah BB (6.803) dan level psikologis 6.800. Apabila tertembus, level support berikutnya ada di area Fibo level 0% (6.781).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat