IHSG Cerah, Sektor-Sektor Ini Jadi Pendorong
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (2/3/23) berakhir di 6.857,41 atau terapresiasi tipis 0,18% secara harian.
Uniknya, sebanyak 268 saham melemah, 248 saham mengalami kenaikan dan 210 lainnya mendatar.
Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,38 triliun dengan melibatkan 16,88 miliar saham. Transaksi kali ini cenderung sepi dibandingkan dengan perdagangan kemarin.
Hari ini secara eksklusif diperdagangkan di wilayah positif sekaligus melanjutkan tren penguatan perdagangan sebelumnya. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi terpangkas dan menguat 0,26%. Dengan begitu, IHSG kembali menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 0,10% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, enam dari total sektor menguat. Sektor utilitas menjadi sektor yang paling menguntungkan indeks dengan kenaikan lebih dari 2,77%. Sebaliknya, sektor barang pokok terpantau menjadi sektor pendorong koreksi paling besar, melemah 1,31%.
Perdagangan kali ini, IHSG ditopang paling tinggi oleh Bank Rakyat Indonesia sebesar 7,4 indeks poin disusul Bank Mandiri sekitar 6 indeks. Selain itu, Sumber Alfaria dan Bayan Resources berkontribusi masing-masing 3,4 indeks poin. United Tractors terpantau mendorong apresiasi IHSG sebesar 2,71 indeks poin. Sementara Bank Central Asia menyumbang 1,78 indeks.
Dari dalam negeri, data menunjukkan bahwa inflasi menurun secara bulanan dan aktivitas manufaktur masih ekspansif. Namun, investor juga perlu memperhatikan kondisi ekonomi China dan AS yang merupakan partner dagang utama Indonesia.
China mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas manufaktur selama dua bulan berturut-turut, memberikan harapan bahwa negara tersebut mungkin akan bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan setelah sempat terdampak pandemi. Meski begitu, dampak positif pada negara-negara di Asia masih terbatas.
Di AS, aktivitas manufaktur mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut, tetapi lebih lambat dari perkiraan. Data ekonomi yang masih relatif kuat tersebut dikhawatirkan akan memicu The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan menjaganya tetap tinggi demi meredam inflasi.
Investor juga perlu memantau laporan keuangan perusahaan yang mulai diumumkan, yang diharapkan dapat memengaruhi kinerja saham di Indonesia kedepannya. Sejumlah perusahaan juga mengumumkan pengajuan angka dividen yang dapat menjadi pemanis bagi investor untuk memborong saham perusahaan.
Terakhir, investor juga dapat mencerna sejumlah data ekonomi global terbaru untuk memperoleh informasi terkait keyakinan konsumen di Jepang, inflasi dan pengangguran di Eropa, serta aktivitas manufaktur di Singapura.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(Muhammad Azwar/ayh)