Breaking News: China Bikin Harga Minyak Melesat Nyaris 2%

Market - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 March 2023 08:15
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah naik hampir 2% karena harapan untuk pemulihan ekonomi yang kuat di China mampu mengimbangi kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dan resesi global.

Mengutip data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (28/2/2023) harga minyak mentah Brent tercatat US$83,89 per barel, melonjak 1,8% dibandingkan posisi kemarin. Sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) melaju 1,7% menjadi US$83,45 per barel.

"Kami sampai pada titik di mana kami melihat beberapa short-covering karena ini adalah akhir bulan," kata analis Price Group Phil Flynn.

Ekspektasi pemulihan permintaan di China mendukung kenaikan, dengan pasar menunggu data penting selama dua hari ke depan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan aktivitas pabrik di ekonomi terbesar kedua dunia itu tumbuh kuartal pertama 2023.

"Pemulihan ekonomi China akan mendorong permintaan komoditasnya lebih tinggi, dengan minyak berada di posisi yang paling diuntungkan," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan.

Ekspor minyak mentah Ural ke China dari pelabuhan Barat Rusia naik pada Februari dari bulan sebelumnya, karena biaya pengiriman yang lebih rendah dan permintaan yang meningkat, kata sumber Reuters.

Harga minyak diperkirakan akan naik di atas $90 per barel menjelang paruh kedua tahun 2023 karena permintaan China pulih dan produksi Rusia turun, jajak pendapat Reuters menunjukkan pada hari Selasa.

Demikian pula, analis minyak JPMorgan mempertahankan perkiraan harga rata-rata 2023 mereka pada Brent di $90 per barel.

Meskipun demikian, kenaikan dibatasi oleh tren kebijakan kenaikan suku bunga AS yang lebih panjang setelah pesanan baru yang lebih kuat dari perkiraan untuk barang modal inti AS pada Januari, dengan Gubernur Federal Reserve AS Philip Jefferson mengatakan inflasi untuk jasa tetap "sangat tinggi".

Suara mereka yang mengharapkan kenaikan suku bunga 0,5% oleh Fed bulan depan semakin keras, kata analis PVM Oil Tamas Varga.

Di sisi lain, OPEC tercatat telah memproduksi minyak sebesar 28,97 juta barel per hari (bpd) bulan ini, menurut survei Reuters. Jumlah ini naik 150.000 bpd dari Januari. Produksi juga masih lebih rendah dari 700.000 bpd pada September lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Artikel Selanjutnya

Bukan Mbappe Tapi Minyak yang Hattrick, Naik 2% Semalam!


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading