IHSG Waspada! Bursa Asia Dibuka Kebakaran

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 27/02/2023 08:38 WIB
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (27/2/2023), di tengah kekhawatiran pasar akan makin agresifnya bank sentral Amerika Serikat (AS) setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi AS yang kembali positif.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah 0,44%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,65%, Shanghai Composite China terpangkas 0,26%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,37%, ASX 200 Australia ambles 1,01%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,96%.

Pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang juga ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu, karena pasar khawatir dengan potensi makin agresifnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi AS yang kembali positif.


Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,02%, S&P500 ambrol 1,05%, dan NASDAQ Composite ambruk 1,69%.

Pelemahan pekan lalu sejalan dengan gejolak pasar baru-baru ini. Sebelumnya, indeks utama Wall Street memulai 2023 dengan penguatan, karena banyak investor yang bertaruh bahwa inflasi yang moderat dapat memaksa The Fed memangkas suku bunga akhir tahun ini, tetapi prospeknya semakin muram dalam beberapa pekan terakhir.

Antusiasme investor dengan cepat runtuh setelah serangkaian laporan mengindikasikan AS mencatatkan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dan ekonomi yang masih tangguh, menjaga pintu tetap terbuka bagi The Fed untuk mempertahankan langkah-langkah pengetatan moneter yang agresif untuk mendinginkan tekanan harga.

Menambah kekhawatiran tersebut pada Jumat lalu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) periode Januari lalu melampaui ekspektasi para ekonom.

Pembacaan inti tidak termasuk makanan dan energi, yang dianggap sebagai ukuran inflasi yang disukai The Fed, naik 4,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh di atas perkiraan konsensus sebesar 4,4%.

Hal ini membuat imbal hasil (yield) Treasury jangka pendek, yang mengikuti ekspektasi suku bunga investor, melonjak pada Jumat ke level yang tidak terlihat dalam lebih dari satu dekade setelah rilis data inflasi yang kuat. Yield Treasury dua tahun naik menjadi 4,803% pada Jumat lalu, tertinggi sejak 2007.

Sementara itu, yield Treasury 10-tahun naik menjadi 3,948% pada Jumat lalu, dari sebelumnya di level 3,879% pada Kamis lalu. Yield obligasi naik karena harga turun.

Federal-funds futures, yang digunakan oleh para pedagang untuk memprediksi tingkat suku bunga AS, pada akhir pekan lalu mencerminkan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga secara signifikan lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebagian besar investor sebulan lalu.

Namun, dengan ekonomi terbukti lebih tahan lama dalam menghadapi suku bunga yang lebih tinggi dari yang diperkirakan banyak orang, beberapa investor menjadi lebih berharap bahwa The Fed dapat menjinakkan inflasi tanpa terlalu banyak menimbulkan penderitaan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel