Bursa Asia Dibuka Menguat Sih, Tapi Masih Malu-Malu

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 24/02/2023 08:40 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (24/2/2023), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) meski pasar masih cenderung khawatir dengan sikap bank sentral AS yang tetap hawkish.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka naik 0,12%, Straits Times Singapura menguat 0,16%, ASX 200 Australia bertambah 0,13%, dan KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,02%.

Namun, untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China dibuka melemah. Hang Seng melemah 0,63% dan Shanghai turun tipis 0,01%.


Dari Jepang, inflasi pada periode Januari 2023 tercatat mengalami kenaikan hingga mencetak rekor tertinggi barunya sejak Desember 1981.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Jepang periode Januari 2023 naik menjadi 4,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Desember 2022 sebesar 4%, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Matahari Terbit pada bulan lalu juga naik menjadi 0,4%, dari sebelumnya pada Desember 2022 sebesar 0,3%.

Adapun CPI inti, yang tidak termasuk makanan segar yang mudah menguap tetapi termasuk biaya energi juga naik menjadi 4,2% (yoy), dari sebelumnya sebesar 4% pada Desember 2022.

Naiknya inflasi Jepang pada bulan lalu sebagian besar didorong mahalnya energi yang membuat warga harus membayar tagihan lebih. Meski lebih rendah dibanding banyak negara maju seperti AS dan Inggris, tapi data inflasi itu melebihi target 2%.

Adapun hal ini menjadi tantangan bagi gubernur bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang baru yakni Kazuo Ueda, di mana dia harus mengendalikan inflasi agar tidak jauh dari target atau sesuai dengan target sebelumnya di 2%.

Ueda juga memiliki tantangan lainnya dari gubernur sebelumnya, Haruhiko Kuroda yang menerapkan kebijakan kontrol imbal hasil (yield curve control/YCC), di mana kebijakan ini telah mendapat kritikan pasar karena dapat memaksa BoJ untuk menaikkan suku bunga.

Di lain sisi, pergerakan beberapa bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung mengikuti bursa AS, Wall Street kemarin yang ditutup cerah meski pasar masih cenderung khawatir dengan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tetap hawkish.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,33%, S&P500 bertambah 0,53%, dan NASDAQ Composite menanjak 0,72%.

The Fed telah menjadi titik fokus bagi investor minggu ini sejak peluncuran risalah pertemuan terakhirnya. Pembuat kebijakan mengindikasikan bahwa inflasi tetap jauh di atas target 2%, bahkan ketika data telah menunjukkan "pengurangan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan."

Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin atau 50 basis poin (bp). Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.

Sebelumnya di awal Februari, suku bunga The Fed naik ke kisaran 4,5%-4,7%. Ini merupakan level tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

Sejak awal 2022 sampai kini, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya delapan kali, dengan akumulasi kenaikan 450 bp, dengan alasan untuk menekan laju inflasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel