IPO Watch

Perusahan Sawit NSSS Mau IPO: Valuasi Mahal, Laba Turun 56%

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
24 February 2023 10:55
Palm oil woes.	(Reuters/Samsul Said)
Foto: REUTERS/Samsul Said
  • IPO NSSS dijual tiga kali lebih mahal dari harga penawarannya.
  • Laba tahun berjalan turun 56,1%. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya beban pokok penjualan, kemudian kerugian atas perubahan nilai wajar aset biologis. NSSS masih perlu melakukan efisiensi biaya agar bisa meningkatkan laba bersihnya.
  • Sawit masih gelap, BPS melaporkan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia susut 20,8% menjadi 14,65 juta ton sepanjang periode Januari-Agustus 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Performa sektor perkebunan sempat terpuruk akibat adanya fenomena El Nino yang menyebabkan gagal panen.

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor barang konsumen dan primer akan kedatangan calon emiten baru yakni PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSSS). Dimana akan listing di Bursa Efek Indonesia pada 10 Maret 2023 dengan harga penawaran di Rp122-Rp190.

Saham yang ditawarkan sebanyak 35.682.353 lot dengan market cap Rp435 milyar-Rp677 milyar.

Adapun tanggal penawaran awal 17-22 Februari 2023, penawaran umum 2-8 Maret 2023, penjatahan efek 8 Maret 2023 dan distribusi saham di 9 Maret 2023.

PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSSS) ditawarkan dengan harga tiga kali lipat lebih mahal, apakah layak dikala bisnis sawit masih melandai?

Sebelum membahas layak tidaknya, mari cek penggunaan dana IPO terlebih dahulu.

Penggunaan Dana IPO NSSS

Penggunaan dana IPO PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal kepada Entitas Anak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:

a) Sekitar 42,4% untuk modal usaha entitas anak PT Borneo Sawit Perdana ("BSP") dengan rincian:

- 29,8% akan digunakan untuk kebutuhan biaya belanja modal/capital expenditure (CAPEX) BSP dalam membangun fasilitas pabrik kelapa sawit di atas lahan seluas 40 ha dengan kapasitas produksi 60 ton TBS/jam.

- 3,2% akan digunakan untuk kebutuhan biaya belanja modal/capital expenditure (CAPEX) BSP dalam membangun pembangunan terminal khusus pada tahun 2023 yang dilengkapi direct piping system dari lokasi pabrik kelapa sawit BSP sepanjang 1,5 km di Desa Rubung Buyung, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

- 9,4% akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja BSP dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.

b) Sekitar 47,0% untuk modal usaha entitas anak PT Bina Sarana Sawit Utama ("BSSU") yang akan digunakan untuk kebutuhan biaya belanja modal/capital expenditure (CAPEX) BSSU dalam melakukan penanaman baru tanaman kelapa sawit.

c) Sekitar 10,6% untuk modal usaha entitas anak PT Prasetya Mitra Muda ("PMM") yang akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.


Valuasi NSSS

Dapat di lihat secara Book Value NSSS berada di Rp45-Rp55 sedangkan harga IPO berada di Rp122-Rp190 atau dijual 3 kali lebih mahal.

Terlihat dari PBV NSSS yang berada di angka 2.7-3.5.

Secara Gross Profit Margin (GPM) NSSS memiliki margin yang baik di 40%. Berarti selisih antara pendapatan terhadap beban pokoknya memberikan keuntungan sebesar 40%. Net Profit Margin (NPM) NSSS di angka 7,5%. Angka ini menjadi angka yang kurang memuaskan karena relatif kecil, laba bersihnya masih berada di bawah 10%.

Return on Asset (ROA) NSSS berada di 2,20% saja. Angka ini masih jauh di bawah ROA baik di 5,98%. Hal ini menandakan bahwa kemampuan dalam mengelola aset terhadap labanya kurang efektif. Return on Equity (ROE) NSSS berada di 10,30%. Angka ini cukup baik berada di atas 8,32%. Hal ini menandakan kemampuan dalam mengelola modal terhadap labanya cukup efektif.

Jika di lihat secara Debt to Equity Ratio (DER) NSSS berada di 335%. Angka ini cukup tinggi, DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan. Sehingga makin besar utang (DER) cenderung menurunkan harga saham.

Kemudian secara Cash Ratio (CR) NSSS hanya berada di angka 0,30%. Ini angka yang cukup kecil, yang berarti kemampuan NSSS untuk membayar kewajibannya terhadap kas kurang baik. Karena likuiditasnya terlalu kecil selisih antara kas dengan kewajiban lancarnya.

Lanjut melihat dari sisi pertumbuhan pendapatan.

Dapat dilihat bawah penjualannya justru meningkat di periode 30 September 2022, namun marginnya turun dikarenakan naiknya beban pokok penjualan. Sehingga NSSS perlu melakukan efisiensi biaya.

Lanjut melihat dari sisi pertumbuhan laba.

Laba tahun berjalan turun 56,1%. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya beban pokok penjualan, kemudian kerugian atas perubahan nilai wajar aset biologis sebesar Rp23,5 milyar, serta naiknya beban umum dan administrasi.

Selain itu ada kebijakan dividen dari NSSS. Dalam prospektus PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS), mulai tahun buku 31 Desember 2024 dan seterusnya, dengan memperhatikan keputusan para pemegang saham dalam RUPS, Direksi Perseroan berencana untuk membagikan dividen kepada pemegang saham Perseroan dengan nilai sebanyak-banyaknya 30% (tiga puluh persen) dari laba bersih tahun buku yang bersangkutan.

Kompetitor

PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) merupakan holding company dalam perkebunan kelapa sawit, sama seperti PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) yang memiliki entitas anak sebagai pengelolaan bisnisnya.

Mari cek bagaimana valuasi keduanya.

Dapat dilihat bahwa secara book value (BV) GZCO jauh lebih murah sehingga PBV nya juga masih berada di bawah 1.

Untuk Gross Profit Margin (GPM) NSSS lebih unggul dengan margin 40%.

Secara Net Profit Margin (NPM) NSSS lebih unggul dibandingkan GZCO. Terlihat NPM GZCO -1,59% hal ini disebabkan pada laporan laba (rugi) tahun berjalan Q3 2022 masih merugi di Rp6 milyar, dikarenakan penurunan pendapatan usaha.

Secara Debt to Equity Ratio (DER) NSSS jauh lebih besar dibandingkan GZCO. Berarti GZCO lebih baik dalam membayar kewajiban terhadap modalnya.

Secara Cash Ratio (CR) keduanya belum cukup baik karena masih jauh dari 100%. Hal ini menandakan bahwa likuiditas keduanya cukup kecil dalam membayar kewajiban terhadap kasnya.

Bisnis NSSS

Kegiatan usaha yang dijalankan Perseroan saat ini adalah usaha di bidang Aktivitas Perusahaan Holding dan Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya.

Berdiri sejak 2008, PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSSS), merupakan perusahaan hulu perkebunan kelapa sawit dengan 5 area perkebunan berlokasi di Kalimantan Tengah, khususnya untuk penjualan produk minyak sawit berkualitas tinggi: Tandan Buah Segar (TBS), Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Biji Sawit (PK).

Anak usaha NSSS yang menjalankan bisnisnya:
- PT Nusantara Sawit Persada
- PT Borneo Sawit Perdana
- PT Prasetya Mitra Muda
- PT Hamparan Mitra Abadi
- PT Bina Sarana Sawit Utama

Prospek Bisnis NSSS

Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi minyak sawit Indonesia di tahun 2023 diproyeksikan akan meningkat sebesar 3% menjadi 48,1 juta ton. Sehingga hal ini menjadi pendorong optimisme bisnis CPO tahun 2023 bisa tumbuh bahkan naik.

Kemudian pada awal tahun 2022, performa sektor perkebunan sempat terpuruk akibat adanya fenomena El Nino yang menyebabkan gagal panen. Akibatnya, output sektor perkebunan secara keseluruhan mengalami kontraksi 0,2% yoy di 1Q22. Akan tetapi, dampak dari fenomena El Nino hanya bersifat sementara dan sudah semakin berkurang di 3Q22 yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan output sektor perkebunan menjadi 2,7% yoy.

Dengan harga CPO internasional yang masih tinggi dalam kisaran MYR 3.300-4.300 per metrik ton, sektor perkebunan diperkirakan masih akan menjadi salah satu pendorong pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi (Sumber: Badan Pusat Statistik).

BPSFoto: BPS

Ekspor CPO Indonesia mencatat penurunan sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia susut 20,8% menjadi 14,65 juta ton sepanjang periode Januari-Agustus 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ini diakibatkan oleh perlambatan perekonomian dunia sehingga permintaan minyak sawit global turun. Selain itu, penurunan ekspor minyak sawit Indonesia juga disebabkan datangnya musim panen minyak nabati di wilayah lain.

Layak Beli Atau Tidak?

Jika investor melihat dari sisi valuasi, tentu NSSS terbilang cukup mahal, karena investor harus membayar tiga kali lebih mahal. Selain itu NSSS masih perlu melakukan efisiensi biaya agar bisa meningkatkan laba bersihnya.

Dan untuk bisnis minyak sawit mentah (CPO) memang belum memasuki siklusnya, lemahnya permintaan pada minyak sawit mentah masih mempengaruhi harga komoditas CPO. Besar harapan meningkatnya ekspor di tahun 2023 agar bisnis minyak sawit mentah bisa melonjak.

Sehingga untuk bisnis minyak sawit mentah saat ini belum menarik. Namun tidak memungkinkan jika nantinya akan ada lonjakan permintaan dalam negeri maupun luar negeri, tentu menjadi hal positif untuk para pelaku bisnis minyak kelapa sawit.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation