BI Turunkan Suku Bunga? Boleh, Tapi Awas Ada yang 'Terbang'!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 February 2023 12:05
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan, Bank Indonesia memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate pada kuartal IV - 2023.

Menurutnya, ini karena bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) belum akan menurunkan tingkat bunganya karena inflasi masih tinggi di sana meski menurun, dan pasar tenaga kerja masih ketat.

"Dengan (The Fed) menaikkan bunga ke level 5% bahkan mungkin sampai 6% maka ruang BI menurunkan bunga, baru mungkin terjadi di kuartal IV 2023," kata Chatib dalam acara Bank Syariah Indonesia Global Islamic Finance Summit 2023, dikutip Jumat (17/2/2023).

Kendati begitu, ia menilai, sebetulnya BI memiliki ruang menurunkan suku bunga acuan pada akhir tahun lalu, terutama setelah turunnya tingkat inflasi pasca pemerintah menaikkan BBM pada September 2022. Saat itu inflasi 5,95% dan November 2022 menjadi 5,42%

"Jadi base effect di Oktober inflasi turun mungkin saat itu BI punya ruang. Tapi kalau The Fed terus naikkan bunga maka BI tidak punya ruang terlalu banyak menurunkan tingkat suku bunga karena efeknya ke exchange rate," ujarnya.

Chatib menekankan, oleh karenanya saat inflasi akhir tahun sedikit naik dan The Fed masih belum memiliki tanda-tanda menurunkan tingkat suku bunga acuannya hingga akhir 2023, maka ruang BI untuk menurunkan suku bunga acuannya belum banyak karena akan berimplikasi makin tertekannya rupiah terhadap dolar AS.

"Kalau gapnya terlalu besar seperti yang terjadi pada Mei 2022 maka exchange rate terbang ke atas sehingga mau tidak mau kalau BI turunin suku bunga dia akan melakukan secara gradual pada kuartal IV implikasinya investasi akan melambat di 2023," kata Chatib.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) jelas mengatakan tidak butuh kenaikan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) ke depan. Sekalipun bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1-2 kali.

"Bagaimana BI menyikapi? oleh karena itu dampak dari Fed itu kita sikapi dengan upaya kita kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk menjaga imported inflation tidak berdampak dalam negeri," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).

Selanjutnya adalah twist operation, operasi moneter dengan menjual surat berharga negara (SBN) jangka pendek agar yield menjadi lebih menarik.

"Twist operation penjualan SBN jangka pendek agar yield SBN jangan pendek itu tetap menarik bagi masuknya investasi portofolio khususnya dan itu mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah," terangnya.

Langkah lainnya adalah dengan implementasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) pada 1 Maret 2023. Adapun, jangka term deposit valas yang ditawarkan tenor 1 tahun, 3 tahun dan 6 bulan. Perry pun berjanji pemberian suku bunga TD Valas DHE akan dilakukan secara kompetitif mengacu pada suku bunga valas counterparty BI di luar negeri dengan besaran tiering suku bunga yang semakin besar untuk penempatan yang besar.

"BI punya account tetap di luar negeri akan kompetitif, tentunya semakin panjang suku bunganya akan semakin kompetitif tapi semakin jumlahnya besar suku bunganya juga semakin kompetitif," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular