Optimisme BI Kalah dari Ekspektasi The Fed, Rupiah Keok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 17/02/2023 09:14 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) yang menebar optimisme Kamis kemarin belum mampu mendongkrak kinerja rupiah di awal perdagangan Jumat (17/2/2023). Mata Uang Garuda melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,11% ke Rp 15.170/US$. Depresiasi kemudian bertambah menjadi 0,24% ke Rp 15.190/US$ pada pukul 9:11 WIB.

BI kemarin menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,50%.


"Rapat Dewan Gubernur BI pada 15-16 Februari memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers

Selain itu, BI juga memberikan outlook pertumbuhan ekonomi yang lebih optimistis.

"Untuk tahun 2023 Bank Indonesia memproyeksikan bias ke atas 4,5-5,3%," ungkap Gubernur BI Perry

Bias ke atas artinya BI memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) bisa tembus 4,9% ke atas.

"Hal ini didukung oleh kinerja ekspor yang berpotensi akan lebih tinggi dari perkiraan semula didorong pengaruh positif perbaikan ekonomi China," paparnya.

Perry sekali lagi menegaskan suku bunga saat ini sudah cukup untuk mengendalikan inflasi. Artinya, tidak ada niat BI untuk kembali menaikkan suku bunga, padahal ada risiko bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga tiga kali lagi tahun ini.

Jika itu terjadi, tentunya ada risiko capital outflow kembali terjadi, nilai tukar rupiah bisa kembali terpuruk, dan berisiko mengerek inflasi.

Sepanjang Februari, tercatat capital outflow dari pasar obligasi sekunder sebesar Rp 2,7 triliun, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). Sementara pada Januari lalu tercatat inflow nyaris Rp 50 triliun.

Pergerakan aliran modal pada bulan ini bisa menjadi indikasi risiko terjadinya capital outflow lagi, jika The Fed semakin kuat diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali lagi.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga pada Maret, Mei dan Juni masing-masing 25 basis poin. Probabilitas kenaikan pada Mei sebesar 53%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS