Kebal Resesi! BI: Ekonomi RI 2023 Bakal Tumbuh di Atas 5%

Market - Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
16 February 2023 15:14
Jajaran Dewan Gubernur Bank Indonesia. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah) Foto: Jajaran Dewan Gubernur Bank Indonesia. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akan melesat hingga 5,3% secara tahunan (year on year/yoy).

Kendati demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tidak akan mencapai lebih tinggi dari 5,3%.

Kecuali, kata Perry jika perekonomian China melonjak dan konsumsi swasta melonjak.

"Revisi ke atas pertumbuhan ekonomi bias ke atas 4,5% hingga 5,3%, titik tengahnya 4,9%. Kalau bias ke atas bisa lebih tinggi dari 5%, tapi apakah lebih tinggi dari 5,3% pandangan BI mungkin belum," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).

"Perkiraan kami di Indonesia bias ke atasnya menjadi 5,1%," kata Perry lagi. Perkiraan pertumbuhan ekonomi ini sudah jauh lebih dari negara-negara dan pertumbuhan ekonomi global di atas 2,3%.

Alasan revisi pertumbuhan ekonomi bias ke atas itu, kata Perry tak lepas dari kebijakan China yang sudah tidak lagi menerapkan kebijakan zero Covid-19.

Dibukanya kembali ekonomi China, kata Perry akan mendorong kinerja ekspor Indonesia ke negara lain dan menjadi sumber ekonomi tanah air.

"Dari mana asalnya? yaitu konsumsi swasta lebih cepat dari yang kita perkirakan dengan adanya pencabutan PPKM dan kepercayaan konsumen. Dua itu utama di samping ada sumber-sumber lain," jelas Perry.

Adapun, pertumbuhan ekonomi global, diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,3%. BI meyakini pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh 2,6%.

Perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi.

Sementara itu, inflasi global menurun secara gradual dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan gangguan rantai pasokan, meskipun tetap di level tinggi seiring harga energi dan pangan yang belum turun signifikan dan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa yang masih ketat.

Inflasi yang melandai diperkirakan mendorong kebijakan moneter ketat di negara maju mendekati titik puncaknya, dengan suku bunga diperkirakan masih tetap tinggi di sepanjang 2023.

"Ketidakpastian pasar keuangan global juga mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan depresiasi nilai tukar di berbagai negara tersebut berkurang," jelas Perry.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Apa Itu Dunia Kacau Balau? BI Ramal Ekonomi RI Tetap Moncer!


(cap/cap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading