Ngikut Wall Street, Bursa Asia Kompak Dibuka Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kompak dibuka di zona hijau pada perdagangan Kamis (16/2/2023), di mana investor mencerna beberapa rilis data ekonomi penting di global.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,53%, Hang Seng Hong Kong menanjak 0,65%, Shanghai Composite China naik tipis 0,04%, Straits Times Singapura melaju 0,62%, ASX 200 Australia bertambah 0,44%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,74%.
Dari Jepang, defisit neraca perdagangan kembali meningkat pada Januari lalu, yakni menjadi 3,5 triliun yen, naik 59% dibandingkan dengan 2,2 triliun yen yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, ekspor Jepang naik 3,5% secara tahunan (year-on-year/yoy)pada Januari lalu, lebih rendah dari Desember 2022 sebesar 11,5%. Sementara impor tumbuh 17,8% bulan lalu, juga lebih rendah sedikit dari Desember 2022 sebesar 20,7%.
Pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung kembali mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street kemarin yang secara mayoritas ditutup bergairah.
Indeks Dow Jones ditutup naik 0,11%, S&P 500 menguat 0,28%, dan Nasdaq Composite berakhir melesat 0,92%.
Data penjualan ritel AS yang cukup memuaskan membuat pasar kembali sedikit optimis, meski mereka masih khawatir bahwa inflasi masih cukup panas dan bank sentral masih akan bersikap hawkish.
Laporan menunjukkan penjualan ritel AS pada Januari lalu naik 3%. Angka tersebut menandakan bahwa ekonomi AS bertahan meskipun kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menjinakkan inflasi.
"Ketahanan pasar tenaga kerja adalah alasan utama konsumen terus menghabiskan dan selama itu terjadi, inflasi cenderung tetap kaku," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi untuk Aliansi Penasihat Independen dalam catatan Rabu.
Di akhir pekan ini, investor akan mendengarkan pidato dari pejabat The Fed untuk mengetahui tanda-tanda apa yang mungkin dilakukan bank sentral pada pertemuan berikutnya di bulan Maret.
Saat ini, pasar memprediksi The Fed akan melanjutkan kebijakan hawkish-nya. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga tiga kali lagi di tahun ini.
Selain itu, pasar juga akan memantau beberapa rilis data ekonomi penting lainnya di AS, yang mungkin dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed.
Adapun data tersebut antara lain inflasi produsen yang diperkirakan naik 0,4% secara bulanan dibandingkan dengan kinerja sebelumnya yang turun 0,5%.
Kemudian klaim awal pengangguran yang diperkirakan akan meningkat menjadi 200.000 pada pekan lalu. Angka ini naik dari pekan sebelumnya yakni 196.000.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)