Asing Lepas SBN Rp 3,63 T, Borong Saham Rp 6,42 T, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mulai
melepas kepemilikannya dari pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN), setelah sebelumnya sempat memburunya.
Hal ini dapat dilihat dari mulai keluarnya aliran modal asing ke SBN di RI pada periode 6 Februari hingga 9 Februari 2023. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), asing mencatatkan net sell atau outflow di SBN sebesar Rp 3,63 triliun.
Sedangkan menurut data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pada periode 6 Februari hingga 9 Februari, asing mencatatkan outflow sebesar Rp 3,72 triliun. Hal ini menjadikan outflow pertama di tahun 2023.
Meski asing mulai keluar dari pasar obligasi pemerintah, tetapi sepanjang tahun ini asing masih mencatatkan inflow di pasar SBN RI.
Menurut data dari BI, asing masih mencatatkan inflow sebesar Rp 49,57 triliun, sedangkan data dari DJPPR Kementerian Keuangan RI menunjukkan asing masih mencatatkan inflow sebesar Rp 48,84 triliun.
Dari kepemilikan asing di SBN, berdasarkan data dari DJPPR Kementerian Keuangan RI, jumlah asing yang memiliki SBN hingga 9 Februari lalu sudah mencapai Rp 811,75 triliun, dengan persentasenya mencapai 15,02%.
Angka ini masih lebih besar dari posisi 30 Desember 2022, di mana asing memiliki SBN sebesar Rp 762,19 triliun atau sekitar 14,36% dari total kepemilikan SBN RI.
Namun dari posisi akhir Januari 2023, angka per 9 Februari 2023 masih lebih rendah, di mana pada akhir Januari lalu, asing memiliki SBN sebesar Rp 811,89 triliun atau sekitar 15,1% dari total kepemilikan SBN RI.
Ada kecenderungan bahwa investor domestik kembali beralih ke pasar saham karena kondisi global yang cenderung sudah mulai membaik, dilihat dari asing yang kembali memburu saham-saham di RI.
Menurut data dari BI pada periode 6 Februari - 9 Februari, asing mencatatkan net buy atau inflow di pasar saham sebesar Rp 2,52 triliun
Adapun menurut bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang pekan lalu, asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2,55 triliun di seluruh pasar. Bahkan dalam sebulan terakhir saja, asing sudah mencatatkan net buy hingga Rp 6,42 triliun di seluruh pasar.
Sementara sepanjang tahun ini, asing juga telah memborong saham-saham di RI sebesar Rp 1,26 triliun di seluruh pasar.
Kaburnya asing dari pasar dalam negeri membuat rupiah terpuruk. Kinerja rupiah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu anjlok 0,27% ke posisi Rp 15.130/US$.
Pelemahan ini mengakhiri tren positif mata uang Garuda yang menguat 0,33% dalam dua hari sebelumnya. Dengan demikian, secara keseluruhan, rupiah amblas 1,58% dalam sepekan. Padahal, pekan lalu rupiah menguat 0,6% sepekan.
Pelemahan rupiah tak bisa dilepaskan dari kekhawatiran pelaku pasar mengenai kemungkinan masih agresifnya bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
Akibatnya, pelaku pasar cenderung berhati-hati dan menunggu rilis data inflasi AS yang akan dilaporkan pada Selasa besok. Hal tersebut menentukan bagaimana sikap The Fed mengenai kebijakan moneternya.
Sebelumnya, pemerintah melakukan penerbitan global bond atau surat utang berdenominasi mata uang asing senilai US$ 3 miliar. Global bond tersebut diterbitkan dengan tenor 5, 10, dan 30 tahun dengan format SEC-Registered pada 5 Januari 2023.
Penerbitan global bond ini sekaligus bentuk front loading pembiayaan APBN yang dilakukan pemerintah. Skema penarikan utang di awal tahun ini kerap mewarnai pundi-pundi cadangan devisa (cadev) di awal tahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)