Adani Lewat, Orang India Ini Lebih Dulu Keruk Kekayaan RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Gautam Adani menjadi perbincangan karena terlibat dalam manipulasi saham di India. Berkat permainan ini kekayaan Adani kemudian meroket tanpa wajar. Salah satu yang menjadi sorotan dari pria kelahiran 24 Juni 1962 itu adalah kepemilikannya atas tambang batu bara di Kalimantan lewat PT Lamindo Inter Multikon. Berkat mengeruk harta karun Indonesia itu Adani menyandang gelar centi-billionaire atau orang dengan kekayaan lebih dari US$ 100 miliar.
Adani sebetulnya bukan orang India pertama yang mengeruk kekayaan Indonesia dan menjadi kaya raya. Jauh sebelumnya ada sosok legendaris bernama Lakshmi Narayan Mittal.
Mittal adalah pemilik dari perusahaan baja terbesar di dunia, Arcelor Mittal. Dari bisnis baja itu, Mittal menduduki posisi ke-94 sebagai orang terkaya di dunia dengan harta US$ 17,1 miliar. Meski kini berada di posisi terakhir, pada tahun 2007 Mittal pernah masuk dalam peringkat teratas orang terkaya di India dan Asia. Bahkan dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya ke-3 di muka bumi.
Menariknya dari uang tak terhingga itu, Mittal mendapat 'durian runtuh' pertama dari bisnis di Indonesia.
Dilansir Britannica, cerita bermula pada 1976 ketika dia dan keluarganya pergi meninggalkan India untuk datang ke Surabaya. Maksud kedatangannya untuk memperluas jaringan bisnis baja yang sudah lebih dulu dikelola bapaknya. Perluasan bisnis itu kemudian direalisasikan oleh pendirian pabrik pengolahan baja di Waru, Sidoarjo, bernama PT Ispat Indo. Lokasinya berada di areal bekas persawahan seluas 16,5 hektar.
Awalnya dia memproduksi berbagai jenis batang kawat dan batangan karbon. Namun, yang menjadi titik balik bisnisnya adalah saat mempelopori pengembangan pabrik terintegrasi dan penggunaan Direct Reduced Iron (DRI) sebagai pengganti besi tua yang menjadi bahan dasar pembuatan baja.
Menurut Zia Permata dalam Kisah Sukses Lakshmi Mittal (2007), berkat merintis teknik baru dalam bisnis pabrik baja, PT Ispat Indo mampu bekerjasama dengan industri baja global. Sekaligus juga menjadi pemain tunggal dalam bisnis baja dunia. Tercatat dalam kurun 1-2 tahun setelah berdiri, PT. Ispat Indo mengekspor 70% produknya ke pasar Asia dan Asia Pasifik.
Hingga akhirnya pada 2004, Mittal memilih untuk menggabungkan PT Ispat Indo dalam jaringan internasional bisnisnya. Perusahaan baru itu kemudian dinamai Mittal Steel Co. NV yang kemudian berubah menjadi Arcelor Mittal. Perusahaan ini kemudian menjadi penguasa industri baja dunia dengan produksi sebanyak 42,1 juta ton baja per tahun dan berhasil mendapat keuntungan lebih dari US$ 22 miliar.
Lakshmi Narayan Mittal kemudian menjadi CEO sampai tahun 2021. Selama itu dia berhasil mendapat keuntungan triliunan rupiah dari bisnis yang beroperasi di Indonesia.
(mfa/mfa)