Powell Bikin Pasar Agak Adem, Rupiah Akhirnya Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 February 2023 09:10
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang terhenti pada perdagangan Selasa membuat rupiah mampu bangkit setelah merosot dua hari beruntun.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,07% ke Rp 15.130/US$. Sebelumnya dalam dua hari rupiah jeblok sekitar 1,7%.

Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell yang berbicara pada Selasa waktu setempat membuat laju penguatan indeks dolar AS terhenti.

Hampir sama dengan pernyataannya pasca pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, Powell menyebut proses disinflasi sudah dimulai.

Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.

"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal" kata Powell saat berbicara di Economic Club of Washington sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelaku pasar langsung merespon positif dan kembali masuk ke aset-aset berisiko, terlihat dari Wall Street yang berbalik menguat. Dalam kondisi ini, rupiah tentunya akan diuntungkan.

Meski demikian, penguatan rupiah juga masih tidak besar, sebab Powell menyelipkan pernyataan yang membuat pasar juga berhati-hati.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.

Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat. Meski demikian, untuk sementara pasar dibuat lega setelah Powell menyatakan inflasi sudah dalam proses menurun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular