Ada Kabar Baik dari AS, Bursa Asia Juga Cenderung Cerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 February 2023 08:44
A man paues in front of an electric screen showing Japan's Nikkei share average outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 5, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Rabu (8/2/2023), meski ada pengakuan dari ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) bahwa inflasi di AS sudah mencapai puncaknya.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Shanghai Composite China dibuka naik 0,1%, Straits Times Singapura naik tipis 0,03%, ASX 200 Australia menguat 0,29%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,94%.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,68% dan Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,07%.

Meski beberapa bursa Asia-Pasifik ada yang terkoreksi, tetapi pergerakannya cenderung mengikuti bursa saham AS, Wall Street kemarin yang ditutup cerah, setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengindikasikan bahwa inflasi di AS sudah mencapai puncaknya.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,78%, S&P 500 melonjak 1,29%, dan Nasdaq Composite melejit 1,9%.

Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Powell membuat pelaku pasar sedikit lega dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.

Hampir sama dengan pernyataannya pasca pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, Powell menyebut proses disinflasi sudah dimulai.

Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di AS sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.

"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal," kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa waktu setempat.

Ketika inflasi mulai menurun, maka peluang suku bunga The Fed tidak lebih dari 5%, seusai prediksi dan keinginan pasar akan menjadi lebih besar. Hal ini juga bisa berdampak bagus ke negara lain, dan dunia tentunya.

Tetapi, Powell juga memberikan catatan suku bunga bisa lebih tinggi dari yang sebelumnya diprediksi jika pasar tenaga kerja masih terus kuat atau inflasi yang kembali meninggi.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.

Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat. Meski demikian, untuk sementara pasar dibuat lega setelah Powell menyatakan inflasi sudah dalam proses menurun.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari 2023, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,

Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.

Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja yang kuat, tingkat pengangguran yang turun, serta rata-rata upah per jam yang naik cukup tinggi adalah kabar baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi berita buruk.

Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target The Fed sebesar 2%.

Namun, dengan pernyataan Powell tersebut, pasar kembali sedikit bernafas lega, karena penurunan inflasi tengah berlangsung.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular