Sempat Longsor 1% Lebih, Ada Yang Narik IHSG Jelang Tutup
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan awal pekan ini (06/02/23) berakhir di 6873,79 atau terkoreksi 0,55% secara harian. Perdagangan sore ini mengakhiri penguatan indeks yang telah terjadi selama tiga hari beruntun.
Sebanyak 302 saham terkoreksi, 208 saham mengalami apresiasi dan 219 lainnya mendatar. Indeks sempat bergerak di zona hijau menyentuh level 6.924,88 tertinggi secara harian.
Perdagangan menunjukkan nilai perdagangan tercatat sekitar Rp 9,35 triliun dengan melibatkan lebih dari 16,4 miliar saham.
Meski menurun, apresiasi IHSG masih naik menjadi 0,02% (week to date). Dengan begitu, IHSG masih menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 0,34% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, delapan dari total sektor melemah. Sektor real estate dan energi menjadi yang paling merugikan turun masing-masing 1,47% dan 1,26%.
Saham-saham blue chip yang menjadi beban indeks termasuk Medco Energy (-3,17%), Timah (-2,79%), Aneka Tambang (-2,58%), Sumber Alfaria dan Gudang Garam (-2,30% lebih), Bukit Asam (-2,31%) dan Bukalapak.com (-1,96%)
Pasar ekuitas tanah air mengekor kerugian saham acuan Amerika Serikat (AS) yang tergelincir pada Jumat lalu. Indeks Dow Jones tercatat melemah 0,38%, kemudian S&P 500 ambles 1,04%, dan Nasdaq Composite paling parah yakni ambruk 1,69%.
Secara mengejutkan, perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang.
Hal ini membuat pasar kembali pesimis bahwa prospek pengurangan laju kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memudar dan The Fed bisa saja kembali bersikap agresif dan membuat pasar dapat kembali menghindari aset berisiko seperti saham.
Koreksi IHSG juga terjadi setelah data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2022 dan full year 2022 cenderung menggembirakan.
Dari dalam negeri, perekonomian RI tumbuh 5,01% (year-on-year/yoy) di kuartal IV-2022, mengalahkan estimasi pasar yang naik 4,84%.
Ini adalah ekspansi ketujuh berturut-turut tetapi juga menjadi yang terlemah sejak kuartal IV-2022.
Adapun secara full year, pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) RI naik sebesar 5,31% sepanjang 2022, dibandingkan dengan pertumbuhan 3,69% sepanjang 2021, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 2013.
Angka ini juga sedikit di atas konsensus pasar yang memperkirakan PDB RI pada 2022 naik 5,29%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(Muhammad Azwar/ayh)