
Jelang Pengumuman Inflasi, IHSG Membara

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini (31/01/23) berakhir di 6839,34 atau terkoreksi 0,48% secara harian.
Sebanyak 287 saham melemah, 232 saham mengalami kenaikan dan 193 lainnya mendatar. Indeks sempat bergerak di zona hijau tepatnya menyentuh level 6.880,96.
Nilai perdagangan tercatat sekitar Rp 12,2 triliun dengan melibatkan lebih dari 18,7 miliar saham. Dalam lima hari perdagangan, koreksi IHSG tertahan turun menjadi 0,31% (week to date). Meski demikian, sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 2,88%.
IHSG melemah karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi di dalam negeri dan pengumuman kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Data inflasi periode Januari 2023 akan dirilis pada Rabu besok, di mana pasar memprediksi bulan ini inflasi akan sedikit melandai dibanding Desember tahun lalu. Selain inflasi, data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) periode Januari 2023 juga akan dirilis besok dan juga diprediksi akan sedikit melandai.
Para pelaku pasar sedang menanti kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), pada Kamis pekan ini, sehingga Kamis mendatang menjadi hari Super Thursday kembali.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin (bp). Sementara ECB dan BoE diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin, berdasarkan polling dari Trading Economics.
Kinerja IHSG sore ini mengekor mayoritas bursa Asia-Pasifik yang kompak ditutup di zona merah, setelah penurunan bursa acuan utama Amerika Serikat jelang keputusan kenaikan suku bunga oleh bank sentral.
Adapun kerugian utama IHSG bersumber dari penurunan saham-saham raksasa termasuk Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Telkom Indonesia, Sumber Alfaria dan Adaro Energy.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat