
Sektor Kesehatan dan Farmasi Menghijau, Masa Depannya Cerah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 30 menit pertama perdagangan Senin (30/01/2023), sektor kesehatan dan farmasi menguat di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 1%. Beberapa emiten dalam sektor ini naik tipis pada perdagangan 30 menit pertama.
Emiten | Kenaikan % |
SIDO | 1.30% |
KAEF | 0.45% |
MIKA | 2.03% |
HEAL | 1.61% |
Diketahui SIDO baru saja menjadi anggota baru di Indeks LQ45, hal ini yang mendorong optimisme para investor bahwa prospek SIDO cerah di tahun 2023. Meskipun, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar Rp58,08 triliun pada kuartal III/2022. Nilai tersebut terkoreksi 3,50% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) yang sebesar Rp 60,19 triliun.
Koreksi ini terjadi setelah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional berhasil meraih kinerja positif sepanjang pandemi Covid-19. Hal itu mengingat tingginya permintaan masyarakat untuk produk-produk dari industri ini selama pagebluk.
Namun SIDO masih menjadi market leader untuk produk masuk angin "Tolak Angin".
Penurunan sektor farmasi ini juga mempengaruhi kinerja KAEF. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membukukan kerugian sebesar Rp180,94 miliar pada kuartal III/2022 seiring dengan penurunan pendapatan.
Tekanan kerugian tersebut terjadi seiring dengan turunnya penjualan perseroan sepanjang sembilan bulan pertama 2022. Penjualan KAEF turun 24,86% menjadi Rp7,13 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp9,49 triliun.
Sama halnya dengan bisnis rumah sakit, Laba bersih PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) tergerus 15,70% pada kuartal III/2022. Turunnya laba MIKA dipengaruhi oleh turunnya pendapatan rawat inap yang tercatat sebesar Rp2,02 triliun, turun dari sebelumnya sebesar Rp2,23 triliun. Sementara itu, pendapatan rawat jalan tercatat sebesar Rp1,05 triliun, turun dari sebelumnya 1,16 triliun.
Bisnis rumah sakit lainnya, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) mencatatkan laba bersih sebesarRp245,52 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun 2022, atau anjlok 68,3 persen dibanding periode sama tahun 2021 yang terbilang Rp773,14 miliar. Turunnya laba dipengaruhi oleh membengkaknya beban pokok penjualan.
Meskipun beberapa emiten mengalami penurunan kinerja, sektor kesehatan dan farmasi masih cukup diminati investor. Sektor kesehatan termasuk sektor yang defensif karena memberikan kebutuhan utama masyarakat.
Secara jangka panjang, emiten sektor kesehatan dan farmasi seharusnya masih mampu untuk mencatatkan kinerja yang konsisten. Namun investor perlu mencermati posisi keuangan para emiten di sektor tersebut.
Prospek sektor kesehatan turut dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berjalan, sehingga mempengaruhi produk dan jasa kesehatan.
Prospek emiten di sektor kesehatan masih menarik dicermati. Pasca pandemi katalis yang bisa menjaga pertumbuhan kinerja adalah kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan.
Para emiten sektor kesehatan belum melaporkan hasil kinerja kuartal IV 2022. Dari hasil ini lah nanti bisa dilihat bagaimana kinerja secara keseluruhan sektor kesehatan dan farmasi untuk menjadi pandangan investor di tahun 2023.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/pap)