
Suku Bunga di Barat Makin Tinggi, Rupiah Masih Waspada!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (30/1/2023). Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) dan bank sentral Eropa serta Inggris, menjadi perhatian utama pekan ini.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,13% ke Rp 14.960/US$. Setelahnya, penguatan rupiah terpangkas menjadi 0,03% saja di Rp 14.975/US$ pada pukul 9:07 WIB. Pergerakan tersebut mengindikasikan para pelaku pasar waspada menjelang pengumuman suku bunga di Barat.
The Fed menjadi perhatian utama pada pekan ini. Bank sentral paling powerful di dunia ini akan mengumumkan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia, dan pasar menanti kenaikannya sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin.
Dalam rapat kebijakan moneter akhir tahun lalu, The Fed mengindikasikan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin pada Maret nanti.
Namun, setelah inflasi di Amerika Serikat terus menurun, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin saja menjadi 4,5% - 4,75% pada pekan depan, dengan probabilitas nyaris 100%, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.
Ekspektasi tersebut membuat rupiah mampu mencatat penguatan 3 pekan beruntun dan berada di level terkuat dalam 3 bulan terakhir.
Selain The Fed, bank sentral Eropa (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbaru pada pekan ini, tepatnya pada Kamis. ECB diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 3% kali ini, berdasarkan polling dari Trading Economics.
Bank sentrak Inggris, (BoE) juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4%.
Banyaknya pengumuman suku bunga pada pekan ini, dan akan semakin tinggi tentunya membuat pasar berhati-hati. Proyeksi kondisi ekonomi terbaru dari para bank sentral akan menjadi perhatian utama, apakah Negara Barat akhirnya mengalami resesi, atau bisa lolos.
Gubernur ECB Christine Lagarde dalam World Economic Forum (WEF) di Davos dua pekan lalu juga mengatakan wajah perekonomian Eropa saat ini jauh lebih bagus, tidak seperti yang ditakutkan sebelumnya.
Pada kesempatan yang sama, deputi direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath mengatakan keputusan China untuk melonggarkan kebijakan zero Covid-19 menjadi salah satu alasan IMF menjadi lebih optimistis.
Jika para bank sentral menunjukkan sikap lebih optimistis, sentimen pelaku pasar tentunya akan membaik, dan rupiah bisa kembali menguat.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
