Amerika Belum Resesi, Rupiah Wajib Hati-Hati!

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 January 2023 08:30
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.945/US$ pada perdagangan Kamis kemarin. Sementara pada perdagangan Jumat (27/1/2023) ada risiko rupiah mengalami pelemahan, sebab indeks dolar AS sukses menguat pada perdagangan Kamis.

Penguatan indeks dolar AS terjadi setelah rilis ekonomi Amerika Serikat kuartal IV-2022 dilaporkan tumbuh 2,9%, lebih tinggi dari ekspektasi 2,6%.

Sepanjang 2022, ekonomi Negara Paman Sam tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan terbilang tinggi di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang berada di level tertinggi dalam 15 tahun. Amerika Serikat pun terlihat belum akan mengalami resesi di awal tahun ini.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang masih kuat, ada kemungkinan The Fed masih tetap agresif menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pekan depan. Meski, pasar masih berekspektasi The Fed akan menaikkan 25 basis poin.

Pelaku pasar pun akan menunggu kepastiannya, sehingga rupiah masih akan naik turun dengan kecenderungan melemah sebab melihat posisinya di level terkuat 3 bulan.


Secara teknikal, rupiah sukses menembus ke bawah Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Penguatan rupiah sebelumnya terakselerasi setelah menembus Rp 15.450/US$, yang merupakan Fib. Retracement 38,2%.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.

Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.

Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.

Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Selasa lalu membuat rupiah berkali-kali membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.

Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Selain itu, pergerakan rupiah kemarin membentuk pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut menguat atau balik melemah.

Mengingat Doji muncul saat rupiah berada di posisi terkuat 3 bulan, ada risiko koreksi menjadi lebih besar.

Rupiah saat ini berada di dekat area resisten Rp 14.970/US$. jika ditembus ada risiko melemah ke level psikologis Rp 15.000/US$.

Sementara untuk menguat lebih jauh rupiah perlu kembali menembus konsisten ke bawah Rp 14.900/US$.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading