
Bursa Asia Dibuka Menguat, Hang Seng Melesat 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat terbatas pada perdagangan Kamis (26/1/2023), di mana investor menanti rilis serangkaian data penting di kawasan tersebut.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,3%, Hang Seng Hong Kong melesat 1,45%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,32%, dan KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,02%.
Sementara untuk pasar saham China masih belum dibuka karena masih libur Imlek, sedangkan indeks ASX 200 Australia tidak dibuka pada hari ini karena sedang libur nasional memperingati Australia Day.
Dari Korea Selatan, ekonominya pada pada kuartal IV-2022 terpantau mengalami kontraksi, karena tingkat pengeluaran turun kembali ke level normal setelah sempat mencapai titik tertinggi pascapandemi.
Pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan pada kuartal IV-2022 turun menjadi -0,4% secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), dari sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 0,3% (qtq) pada kuartal III-2022.
Hasil ini pun berada di bawah ekspektasi para ekonom yang meramalkan kontraksi sebesar 0,3% qtq.
Mengutip data Bank of Korea (BoK) yang dirilis hari ini, angka ini menjadi kontraksi ekonomi pertama sejak kuartal II-2020.
Konsumsi swasta turun sebesar 0,4%, karena pengeluaran untuk barang tahan lama seperti peralatan rumah tangga, pakaian, hingga alas kaki dan jasa seperti restoran dan layanan akomodasi keduanya menurun.
Namun, konsumsi pemerintah masih naik sebesar 3,2%, dengan peningkatan pada pengeluaran untuk barang dan tunjangan kesehatan.
Investasi konstruksi naik 0,7% karena konstruksi non-perumahan meningkat. Investasi fasilitas juga meningkat sebesar 2,3%, didorong oleh peningkatan investasi mesin.
Ekspor anjlok sebesar 5,8% karena ekspor barang-barang seperti semikonduktor dan bahan kimia menurun. Impor juga turun 4,6% karena penurunan impor minyak mentah dan logam dasar.
Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy), PDB Negeri Ginseng tercatat sebesar 1,4%, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 3,1% (yoy) dan juga di bawah ekspektasi sebesar 1,5%.
Sedangkan dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) menekankan perlunya mempertahankan kebijakan moneter saat ini, termasuk membiarkan kontrol kurva imbal hasil (yield curve control/YCC) tidak berubah, menurut Ringkasan Pendapat dari pertemuan terakhirnya yang diterbitkan Kamis.
"Bank sentral perlu melanjutkan kontrol kurva imbal hasil saat ini, mengingat prospek bahwa akan membutuhkan waktu untuk mencapai target stabilitas harga 2% secara berkelanjutan dan stabil," kata rilis tersebut, mengulangi pendiriannya yang tidak berubah terhadap target inflasinya.
Dengan ini, maka BoJ akan melanjutkan operasinya untuk membeli obligasi pemerintah Jepang (Japan Government Bond/JGB) sebagai tanggapan atas tekanan ke atas pada yield JGB tenor 10 tahun.
Nikkei melaporkan awal pekan ini bahwa BoJ mengungkapkan memegang secara teknis lebih dari 100% dari beberapa JGB 10 tahun utama, atau berjalan lebih tinggi dari jumlah penerbitan.
"Telah ada tekanan ke atas pada suku bunga jangka panjang, dan distorsi pada kurva imbal hasil belum hilang," kata BoJ dalam Ringkasan Pendapatnya, mencatat pembelian tambahan JGB sebagai salah satu dari banyak opsi tindakan yang dapat dilakukan. untuk menjaga kurva imbal hasil terkendali dalam kisaran toleransinya.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terbatas terjadi di tengah cenderung bervariasinya bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,03%. Namun untuk indeks S&P 500 berakhir turun tipis 0,02% dan Nasdaq Composite melemah 0,18%.
Kembali anjloknya indeks S&P dan Nasdaq disebabkan oleh suramnya kinerja dan laporan keuangan perusahaan. Seperti diketahui, puluhan perusahaan raksasa akan dan telah melaporkan kinerja keuangan mereka pada pekan ini.
Sejumlah perusahaan besar yang mengumumkan laporan keuangan pada Rabu kemarin di antaranya Boeing, AT&T Inc, Capital One, Intuitive Surgical, dan perusahaan keamanan aplikasi F5.
Dari lima perusahaan, hanya AT&T yang mampu membukukan pendapatan di atas ekspektasi analis.
"Jika perusahaan melihat masa depan mereka sendiri bearish, mengapa kemudian investor harus bullish? Pesan inilah yang sangat kuat pada musim earnings sejauh ini," tutur analis 50 Park Investments, Adam Sarhan CEO, dikutip dari CNBC International.
Sejauh ini 95 perusahaan atau 19% di indeks S&P sudah mengumumkan laporan keuangan mereka.
Dari jumlah tersebut, 68% melaporkan kinerja mereka di atas ekspektasi. Namun, prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata laporan keuangan pada kuartal IV tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 79%.
Analis kini melihat agregat laporan keuangan perusahaan di indeks S&P akan turun 3% (yoy). Perkiraan ini jauh lebih dalam dibandingkan proyeksi pada 1 Januari yakni 1,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
