
Nyali Jokowi Diacungi Jempol Investor, Rupiah Kuat Jadi Bukti

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan terus berlanjut hingga semester I-2023. Salah satu satu faktornya adalah rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) merevisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, saat ini penguatan rupiah ditopang karena berbagai sentimen positif di tanah air. Sehingga memperkirakan, penguatan rupiah masih akan bertahan hingga semester I-2023.
"Di awal tahun ini memang masih banyak sentimen positif. Di semester I ini (pergerakan rupiah) membaik. Jadi, semester I-2023 ini relatif membaik rupiah kita," jelas David kepada CNBC Indonesia, Senin (16/1/2023).
Likuiditas valas Indonesia juga pada awal tahun masih terus bertambah berkat adanya penerbitan surat utang pemerintah dalam mata uang dolar AS sebesar US$ 3 miliar.
Disamping itu juga, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus pada Desember 2022 sebesar US$ 3,89 miliar.
David mengungkapkan penguatan rupiah juga terjadi setelah adanya pengumuman pemerintah yang akan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Dalam revisi ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator. Tidak hanya itu, DHE nantinya akan ditahan lebih lama di dalam negeri.
"Sejauh ini masih relatif baik, sentimen masih banyak yang positif," jelas David.
"Likuiditas valas di awal tahun ini ada tambahan pasokan dari obligasi pemerintah, trade yang masih surplus, dan harapannya ekspektasi market masih positif tentang DHE," kata David lagi.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatannya dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Senin (16/1/2023) rupiah bahkan mampu menguat ke level Rp 14.975/US$.
Padahal, pada Senin pekan lalu, rupiah masih dalam berada kisaran level Rp 15.600/US$. Tercatat, rupiah mulai menguat pada Rabu (11/1/2023).
Pada Rabu (11/1/2023), rupiah mencatat penguatan 0,58%. Setelahnya Apresiasi semakin terakselerasi hingga pada hari ini sempat menguat lebih dari 1%.
Penguatan rupiah, kata David masih akan bergerak pada kisaran Rp 15.000/US$. Sementara hingga akhir tahun, pergerakan rupiah masih akan bergejolak.
"Kalau di akhir tahun, melihat di semester II-2023 inflasi akan kembali meningkat. (Investor) masih akan wait and see lagi, karena akan ada FOMC Meeting (oleh The Fed) pada Februari 2023. Jadi masih kecenderungan volatile," jelas David.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Ambrol, Rupiah Ikut Anjlok 1,6% Sepekan