CNBC Indonesia Research

"Big Fish" Ngumpulin Saham ESG, Terendus di 7 Emiten Ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 January 2023 14:20
Green Energy
Foto: Ilustrasi (Photo by Appolinary Kalashnikova on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor besar mengintegerasikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam pertimbangan untuk mengambil keputsan investasi.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mengakomodasi minat investor terhadap emiten yang memperhatikan ESG dalam operasionalnya dengan membuat indeks ESG.

Terbaru BEI memperkenalkan ESG Star Listed Companies yang terdiri dari tujuh emiten, di mana investor bisa mendapat akses terhadap pencapaian dan segala rupa program emiten tersebut terkait ESG.

Adapun ketujuh emiten tersebut adalah:

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan skor 25,61,

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan skor 26,03,

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan skor 29,

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan skor 25,46,

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan skor 18,84,

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan skor 17,51,

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dengan skor 34,53, dan

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan skor 18,42.

Sebagai catatan, semakin kecil skor ESG artinya semakin kecil risiko terhadap kinerja keuangan perusahaan sehingga lebih bagus.

Minat investor untuk emiten yang memiliki pelaksanaan ESG semakin tinggi. Hal ini juga yang membuat para perusahaan investasi berkomitmen untuk memasukkan komponen pelaksanaan ESG dalam ramuan portfolio investasinya.

Menurut laporan CFA Institute, Future of Sustainability in Investment Management: From Ideas to Reality, Jumlah perusahaan investasi yang berkomitmen untuk mengintegrasikan ESG ke pertimbangan keputusan investasinya bertumbuh secara eksponensial.

Pertumbuhan tahunan selama 10 tahun hingga 2019 adalah sebesar 16% CAGR. Sedangkan pada paruh pertama 2020 peningkatannya sebesar 28% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year) menjadi lebih dari 3.000 investor institusi yang berkomitmen.

Tak hanya jumlah entitas yang bertumbuh, namun dana kelolaan atau AUM tumbuh 20% yoy menjadi lebih US$100 triliun hingga paruh pertama 2020. Ini karena dorongan dari investor yang mulai memperhatikan faktor ESG.

Adapun yang disebut sebagai investor institusi atau entitas meliputi manajer investasi, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan perusahaan dengan dana kelola investasi besar lainnya. Mereka sering disebut dengan istilah "Big Fish".

Lantas apa yang membuat para big fish ini berkomitmen mengintegerasikan ESG dalam pertimbangan keputusan investasi mereka? Apakah emiten yang penerapan ESG nya baik memiliki laba lebih besar?

Menurut studi yang dilakukan oleh NYU Stern Center for Sustainable Business dan Rockefeller Asset Management dalam Mengungkap Hubungan oleh Kumpulan Bukti dari 1.000 Plus Studi Diterbitkan antara 2015 - 2020, mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara ESG dan kinerja keuangan perusahaan.

"Kami menemukan hubungan positif antara ESG dan kinerja keuangan untuk 58% studi "perusahaan" yang berfokus pada metrik operasional seperti ROE,ROA," ungkap studi tersebut.

"Harga saham dengan 13% menunjukkan dampak netral, 21% hasil beragam (studiyang sama menemukan dampak positif, hasil netral atau negatif) dan hanya 8% yang menunjukkan hubungan negatif."

Berdasarkan studi yang lebih spesifik, dalam studi tersebut menemukan hasil positif saat meninjau 59 studi perubahan iklim, atau rendah karbon, yang terkait dengan kinerja keuangan.

Sebagai informasi, studi ini menguji hubungan antara ESG dan kinerja keuangan di lebih dari 1.000 makalah penelitian dari tahun 2015 - 2020.

Emiten yang memiliki skor ESG tinggi tidak langsung memberikan dampak instan terhadap harga saham dan performa kinerjanya. Perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan program ESG memiliki dampak jangka panjang bagi emiten.

Dengan implementasi ESG yang baik, suatu perusahaan akan meningkatkan value kepada setiap stakeholdersnya, baik investors maupun masyarakat luas. Hal ini juga menunjukkan orientasi serta komitmen untuk menunjang bisnis yang berkelanjutan dalam jangka yang panjang.

"Studi dengan fokus jangka panjang yang tersirat adalah 76% lebih mungkin untuk menemukan hasil yang positif atau netral," menurut Rockfeller dalam studinya.

Keunggulan lain emiten yang fokus pada ESG adalah ketahanannya saat terjadi kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti saat pandemi. 

ESG mendapatkan perhatian khusus oleh para pemilik modal. Bagi investor, penerapan ESG yang baik menjadi kunci bagi perusahaan untuk bertahan dengan jangka waktu panjang.

ESG meliputi faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang saling berkaitan dalam menunjang operasional perusahaan,

Pertama adalah faktor lingkungan yang implementasinya berupa berbagai kebijakan seperti penggunaan energi ramah lingkungan untuk produksi, soal limbah, emisi buang, dan juga soal sampah.

Faktor lingkungan mendapatkan perhatian khusus saat ini sebab ada ancaman kenaikan suhu yang dapat mengakibatkan berbagai musibah. Mulai dari kekeringan, sulit air bersih, hingga bencana alam. Efeknya tidak main-main karena hingga bisa melumphkan perekonomian suata negara.

Misalnya saja saat terjadi kekeringan, tanaman pangan tidak bisa dipanen karena mati. Akhirnya persediaan makanan langka dan menyebabkan kenaikan harga pangan yang dapat menggerus daya beli masyarakat karena inflasi yang memanas. Sebagai obat anti inflasi, bank sentral kemudian menaikkan suku bunga yang berakibat perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.

Kemudian faktor sosial yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan, pemenuhan hak, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Jika perusahaan memperhatikan hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif. Misalnya saja karyawan yang akan makin produktif kala kesejahteraan dan hak karyawan dipenuhi oleh perusahaan. Selain itu perusahaan juga mampu mencetak SDM yang unggul yang dapat menangkat performa perusahaan.

Faktor terakhir adalah tata kelola menganai bagaimana top level perusahaan menjaga hubungan dengan investor dan manajemen.

 

Berdasarkan studi lainnya oleh Departemen Manajemen Univesitas Sapienza di Roma yang meneliti hubungan ESG dengan pengembalian di indeks Eurostoxx500 menemukan bahwa hubungan positif ESG lebih terlihat untuk sektor tertentu saja.

"Analisis statistik menyoroti bahwa efek Indeks bervariasi dari perusahaan ke perusahaan. Ini berarti bahwa, pada tahap ini, berinvestasi dalam ESG dan mengomunikasikan strategi ESG berdampak positif pada laba hanya untuk beberapa perusahaan, kebanyakan beroperasi di sektor tertentu seperti energi dan utilitas."

Dalam studi tersebut juga menemukan bahwa korelasi antara ESG dan pengembalian saham untuk pasar yang diamati masih sangat lemah karena masih kental dengan faktor lain.

"Analisis kami menunjukkan bahwa korelasi linier antara Indeks ESG dan pengembalian saham, setidaknya untuk pasar yang diamati, masih sangat lemah atau tidak ada, menyoroti bahwa volatilitas pengembalian masih dapat ditemukan di faktor lain, atau disebabkan oleh faktor nonlinier."

Begitu juga dengan pergerakan saham indeks ESG Leaders di Indonesia yang berisi emiten dengan implementasi ESG top memiliki kinerja yang berada di bawah indeks harga saham gabungan (IHSG) dan LQ45.

Hal ini wajar karena dalam pergerakan ada faktor-faktor non fundamental yang mempengaruhi gerak saham. Akan tetapi dengan mempercayai pepatah pasar saham "harga akan kembali ke fundamentalnya", implementasi ESG dalam jangka panjang akan membuat kinerja keuangan perusahaan positif sehingga kinerja saham dalam jangka panjang pun akan lebih baik.

Belum lagi saat perusahaan dapat terus mencetak laba, hal ini juga akan membuat investor mendapatkan tambahan cuan dari dividen yang rutin dibagikan oleh emiten. Ditambah sang "big fish" yang sangat memperhatikan implementasi ESG dapat menjadi pendorong pergerakan investasi dalam jangka panjang yang juga berdampak pada harga saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular