Breaking News: Harga Emas Tembus US$ 1.900/Troy Ons!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 January 2023 16:51
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren kenaikan harga emas dunia terus berlanjut pada perdagangan Jumat (13/1/2023) hingga menembus US$ 1.900/troy ons. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan memangkas suku bunganya lebih cepat membuat harga emas terus melesat.

Melansir data Refintiv, sore ini emas menyentuh US$ 1.909/troy ons, naik 0,7% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak akhir April 2022.

Jika dilihat kenaikan harga emas mulai terjadi sejak November, dan sudah melesat sekitar 16% hingga level saat ini.

Inflasi di Amerika Serikat yang terus menurun membuat pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya pada akhir 2023.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% - 5%.

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% - 4,5%.

Proyeksi tersebut bisa terjadi jika inflasi terus mengalami penurunan. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.

The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan moneter. Inflasi PCE ini biasanya dirilis pada akhir bulan, dan juga sudah menunjukkan penurunan.

Pada November, inflasi PCE tercatat tumbuh 5,5% (yoy) pada November tahun lalu, turun dari bulan sebelumnya 6,1% (yoy). Sementara inflasi PCE inti yang menjadi acuan utama The Fed, turun menjadi 4,7% (yoy) dari sebelumnya 5% (yoy) dan berada di level terendah sejak Juli 2022.

Kepala ekonom UBS, Arend Kapteyn, bahkan memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga mulai bulan Juli nanti.

"Kami pikir mereka (The Fed) akan memangkas suku bunga tahun ini. Kami pikir yang pertama akan dilakukan pada bulan Juli" kata Kapteyn sebagaimana dilansir Market Insider, Selasa (10/1/2023).

Proyeksi Kapteyn lebih cepat dari ekspektasi pelaku pasar. Kapteyn memprediksi PCE inti akan terus turun menjadi 2,1% di akhir tahun ini.

"Perbedaan kami dengan The Fed adalah mereka melihat PCE inti berada di 3,5% pada akhir 2023, kami melihat di 2,1%," ujar Kapteyn.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Yang Borong! Harga Emas Meroket 1% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular