
Duh! Perusahaan Pupuk Ini Kesulitan Uang Hingga Jual Aset

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Nusa Palapa Gemilang Tbk (NPGF) berencana menjual aset senilai Rp 275 miliar. Nilai tersebut setara 135,8% dari ekuitas perseroan. Berdasarkan keterbukaan informasi, Jumat (13/1/2023), perseroan menganggap hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk memperbaiki kinerja dan menyehatkan keuangan Perseroan.
"Penjualan aset ini akan digunakan untuk melunasi utang bank, utang supplier, utang kepada pihak berelasi, dan utang kepada pihak lainnya," ungkap Manajemen dalam keterbukaan informasi.
Adapun sisa hasil transaksi yang dapat digunakan untuk membangun pabrik baru dan membuka fasilitas L/C atau SKBDN di perbankan sebagai tambahan modal kerja baru untuk membeli bahan baku dengan harga yang lebih murah melalui impor langsung dari sumber bahan baku.
Demi memperbaiki kinerja, perseroan juga telah memiliki MoU dengan 3 rekanan pabrik pupuk yaitu CV Mulyo Tani Makmur (MTM), PT Prima Mulia Abadi (PMA), dan PT Hanampi Sejahtera Kahuripan (HSK) dalam membantu produksi pupuk untuk menunjang penjualan sampai dengan pabrik baru beroperasi.
Bukan cuma itu, perseroan akan tetap memproduksi pupuk majemuk NPK sebagai produk utama. Produk tersebut dipilih dan dikembangkan oleh Perseroan menggunakan mesin baru yang lebih efisien dan diterima oleh pasar menjadi bentuk briket dan granul flake yang proses produksinya berbeda.
"Sehingga secara keseluruhan akan dapat mengurangi harga pokok produksinya. Selain itu, kontribusi yang diharapkan dari pengembangan produk briket dan flake ini adalah produk pupuk untuk segmen umum dan segmen khusus yang lebih menguntungkan dan harga pupuk yang lebih kompetitif untuk pasar existing," pungkas perseroan.
Untuk diketahui, Nusa Palapa membangun fasilitas produksi baru demi menjalankan kegiatan usaha pada fasilitas produksi lama, dan untuk melunasi kewajiban Perseroan kepada bank dan supplier. Nusa Palapa cukup terdampak selama masa pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina.
"Kondisi ini mengganggu pasokan bahan baku perusahaan akibat peningkatan harga bahan baku pupuk yang sangat signifikan mencapai 300% - 400%. Hal ini berakibat kepada tidak ada lagi supplier yang mau menjual bahan baku secara kredit (harus tunai) kecuali bila pembeli mempunyai fasilitas L/C atau SKBDN di perbankan. Selain itu, modal kerja perusahaan terus tergerus akibat pembelian bahan baku impor sehingga produksi pupuk mengalami penurunan secara drastis yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan yang sangat tajam sehingga Perseroan mengalami kerugian," pungkas perseroan.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BEI: 5 Sekuritas Siap Pasarkan Structured Warrant