Inflasi AS Melandai Lagi, Bursa Asia Dibuka Bergairah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 January 2023 09:03
A man is seen against an electronic board showing stock information at a brokerage house in Jiujiang, Jiangxi province, China March 23, 2018. China Daily via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Jumat (13/1/2023), setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melandai dan sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang dibuka di zona merah pada pagi hari ini, yakni melemah 0,29%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona hijau. Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,37%, Shanghai Composite China bertambah 0,2%, Straits Times Singapura menanjak 0,55%, ASX 200 Australia melesat 0,78%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,66%.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat cenderung mengikuti pergerakan Wall Street yang juga menguat pada perdagangan Kamis kemarin, setelah data inflasi AS kembali melandai sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,64%, S&P 500 bertambah 0,34%, dan Nasdaq Composite berakhir terapresiasi 0,64%.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) periode Desember 2022 naik 6,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun lajunya telah melambat dalam enam bulan beruntun, dengan catatan tingkat inflasi AS pada November 2022 berada di angka 7,1%.

Level tersebut (secara bulanan) membawa inflasi AS kini setara pada posisi April 2020, seiring kebijakan penguncian dikarenakan serangan Covid-19 yang menghantam seluruh dunia.

Sementara itu, inflasi inti naik 0,3%, sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Secara tahunan inflasi inti menjadi 5,7%. Hal ini dipengaruhi oleh harga telur dan tiket pesawat.

Menanggapi data tersebut, pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali memperlambat laju pengetatan pada pertemuan mendatang.

Pasar secara luas mengharapkan The Fed untuk menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran antara 4,5% dan 4,75% pada 1 Februari mendatang.

Presiden The Fed Boston, Susan Collins mengatakan dalam wawancara dengan New York Times bahwa dia condong ke arah kenaikan suku bunga yang lebih kecil, yakni sebanyak seperempat poin persentase pada pertemuan berikutnya.

Pada hari ini, investor akan mencerna pernyataan yang dijadwalkan akan diberikan oleh Collins dan dua pejabat senior The Fed lainnya.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% - 5%.

Jika sesuai ekspektasi, maka kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada Desember 2022 dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.

Menguatkan ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunganya lebih cepat, sektor konstruksi AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.

Institute for Supply Management (ISM) Jumat lalu melaporkan sektor jasa AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.

ISM melaporkan purchasing managers' index (PMI) jasa turun menjadi 49,6 jauh dari bulan sebelumnya 56,5. Angka di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.

Kontraksi tersebut menjadi tanda gelapnya perekonomian AS pada 2023. Artinya, resesi sudah membayangi.

Untuk diketahui sektor jasa merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.

Dengan resesi yang pasti terjadi dan inflasi terus menurun, peluang The Fed memangkas suku bunganya pada pertengahan tahun ini tentunya terbuka. Hal ini bisa menjadi kabar baik, dengan pemangkasan suku bunga, resesi yang terjadi kemungkinan tidak akan dalam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular