
Parkir Dolar Ala Jokowi Bikin Rupiah Melesat 1% & Juara Asia!

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah lagi-lagi menjadi yang terbaik di Asia. Hingga pertengahan perdagangan Kamis (12/1/2023), rupiah tercatat menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akhirnya merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) mendongkrak kinerja rupiah sejak kemarin.
Melansir Data Refinitiv, pada pukul 12:33 WIB rupiah berada di kisaran 15.320/US$, melesat 1,03% di pasar spot. Penguatan rupiah tersebut jauh meninggalkan mata uang utama Asia lainnya.
Dalam revisi (PP) Nomor 1 Tahun 2019, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkanDHE kepada regulator. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan meminta eksportir menahan DHE mereka dalam periode tertentu.
Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu (11/1/2023).
"Tadi juga arahan pak Presiden, ekspor yang selama ini positif itu perlu diikuti dengan peningkatan cadangan devisa, untuk itu pak Presiden meminta PP 1 Tahun 2019 DHE itu untuk diperbaiki," ungkapnya.
Seperti diketahui isu keringnya pasokan dolar AS di dalam negeri membuat rupiah sulit menguat.
Keringnya pasokan dolar AS terlihat dari neraca perdagangan yang surplus 31 bulan beruntun, sementara cadangan devisa terus menurun.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari - November 2022 surplus neraca perdagangan tercatat lebih dari US$ 50 miliar.
Bank Indonesia (BI) Jumat lalu melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 mencapai US$ 137,2 miliar, naik US$ 3,2 miliar dari posisi November.
Dengan DHE bisa ditahan lama di dalam negeri, pasokan dolar AS tentunya akan kembali bertambah, rupiah tentu bisa menguat.
Selain itu, pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi Amerika Serikat. Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) bulan Desember 2022 diperkirakan sebesar 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya 7,1% (yoy).
Jika data tersebut dirilis sesuai prediksi, tentunya akan menjadi kabar baik, peluang The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya akan semakin besar. Hal ini dapat membuat indeks dolar AS jeblok dan rupiah menguat lebih kencang lagi.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
